Angin Lokal Sirkulasi udara secara lokal atau angin lokal merupakan salah satu sistem peredaran angin yang mempengaruhi iklim di Indonesia selain sirkulasi secara meridional (angin pasat atau trade wind) dan sirkulasi secara zonal (angin monsoon). Perbedaan dari masing-masing sirkulasi angin tersebut dipengaruhi oleh musim dan pergerakannya yang berbeda-beda serta dinamika atmosfer secara global. Angin lokal terjadi akibat pengaruh perbedaan topografi dan karakteristik lokal di daerah masingmasing. Angin lokal dapat berupa angin laut, angin darat, angin gunung dan angin lembah. Angin laut dan angin darat terjadi akibat adanya perbedaan sifat fisis antara permukaan darat dan laut. Perbedaan tersebut terjadi karena daratan dan lautan memiliki sifat yang berbeda dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Daratan menyerap dan melepas energi panas lebih cepat, sedangkan lautan membutuhkan waktu yang lebih lama. Angin gunung dan angin lembah terjadi karena perbedaan pemanasan antara punggung gunung dan lembah. Keempat jenis angin ini memiliki periode yang sama yaitu periode harian. a. Angin laut ( the sea breeze)
Angin laut adalah angin bertiup dari laut ke darat. Angin ini terjadi pada pagi hingga menjelang sore hari, yaitu sekitar pukul 09.00 sampai 16.00 di daerah pesisir pantai. Daratan memiliki kemampuan untuk menyerap dan melepas panas lebih cepat dari lautan sehingga pada jangka waktu tersebut, suhu udara di darat lebih panas daripada suhu udara di laut. Penyerapan panas oleh daratan yang lebih cepat menyebabkan tekanan udara di daratan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara di lautan. Udara akan mengalir dari tempat yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah sehingga udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan, maka terjadilah angin laut.
Kekuatan angin laut sebanding dengan perbedaan suhu antara daratan dengan lautan. Akan tetapi, angin laut tidak akan terjadi jika ada angin lepas pantai yang kecepatannya lebih dari 8 km/jam. b. Angin darat ( the land breeze)
Angin darat adalah angin yang bertiup dari darat ke laut. Angin darat terjadi pada malam hari, sekitar pukul 20.00 sampai 06.00 di daerah pesisir pantai. Pada malam hari, daratan akan menjadi lebih cepat dingin daripada lautan karena kapasitas panas tanah yang lebih rendah daripada air. Hal tersebut disebabkan daratan memiliki sifat lebih cepat menyerap dan melepas energi panas. Perbedaan suhu menyebabkan angin laut lambat laut hilang dan digantikan aliran angin dari darat ke laut akibat aliran udara mengalir dari daratan yang bertekanan udara lebih tinggi ke laut yang bertekanan udara lebih rendah. Aliran udara yang terjadi menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan maka terjadilah angin darat. Angin darat umumnya dimanfaatkan nelayan untuk mencari ikan di laut, terutama nelayan-nelayan yang masih menggunakan perahu sederhana. c. Angin Gunung
Angin gunung adalah angin yang mengalir dari gunung menuju lembah. Angin ini terjadi pada sore hingga malam hari. Pada malam hari, puncak gunung akan mendingin karena pemanasan dari radiasi sinar matahari lambat laun berkurang akibat matahari yang terbenam. Pada saat itu, puncak gunung akan lebih cepat dingin dibandingkan lembah yang masih dalam proses mengeluarkan panas. Hal tersebut menyebabkan tekanan udara di gunung lebih tinggi dari pada di lembah. Aliran udara pun terjadi dari gunung ke lembah akibat kerapatan udara di gunung yang lebih tinggi. Fenomena tersebut dinamakan angin gunung. Angin gunung disebut juga arus katabatik (catabatic flows). d. Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang mengalir dari lembah naik menuju gunung. Angin lembah terjadi pada pagi sampai siang hari, ketika matahari terbit. Pada saat matahari terbit, gunung akan menerima pemanasan dari radiasi sinar matahari sehingga akan lebih cepat panas dibandingkan dengan lembah. Di dataran rendah (lembah) udara memiliki tekanan lebih tinggi daripada di dataran tinggi (gunung) sehingga terjadilah aliran udara yang menaiki lereng. Hal tersebut menyebabkan udara panas dari gunung akan naik dan digantikan oleh udara dingin dari lembah, maka terjadilah angin lembah. angin lembah disebut juga arus anabatik (anabatic flows). e. Angin Fohn Angin Fohn merupakan salah satu jenis sirlukasi udara lokal angin yang muncul seusai hujan Orografis. Angin Fohn yang memiliki nama lain angin jatuh ini bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan berbeda. Angin ini terjadi akibat massa udara naik melalui lereng dari satu sisi gunung kemudian menuruni sisi gunung yang lain, dengan ketinggian gunung lebih dari 200 meter. Ketika angin yang lembab melewati lereng dan mencapai puncak pegunungan, angin akan mengalami
kondensasi dan terjadilahn hujan pada satu sisi lereng. Pada lereng yang lain tidak terjadi hujan akibat terhalang tingginya pegunungan. Daerah tersebut dinamakan daerah bayangan hujan. Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Pada waktu menuruni lereng, udara mengalami pemanasan secara adiabatik sehingga kelembapannya berkurang dan suhunya menjadi semakin panas, karena setiap turun 100 meter udara naik sebesar 1 °C. Peningkatan suhu udara dan uap air yang sudah dibuang setelah terjadi hujan Orografis menyebabkan angin akan bersifat panas dan kering.
Angin fohn bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Angin ini dapat menyebabkan kematian tanaman, selain itu pada manusia akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuhya. Angin fohn yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut:
Angin Bahorok Angin Bahorok terjadi di Deli, Sumatera Utara. Dampak yang ditimbulkan angin ini adalah kerusakan pada tanaman tembakau.
Angin Kumbang Terjadi di Cirebon, Jawa Barat. Angin kumbang muncul akibat pengaruh angin muson timur. Angin ini menuruni lereng dengan membawa udara yang bersifat panas dan kering.
Angin Gending Angin Gending terjadi di Pasuruan, Jawa Timur dan berasal dari angin muson timur yang bersifat basah.
Angin Brubu Angin Brubu terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Angin muson timur yang bersifat basah karena banyak mengandung uap air bergerak naik di sebelah timur Makassar dan turun ke lereng sebelahnya berupa angin yang bersuhu panas dan kering.
Angin Wambraw Angin Wambraw terjadi di Biak, Irian Jaya dan berasal dari angin muson timur yang bersifat basah.
Pengaruh rotasi bumi terhadap sirkulasi udara lokal Sirkulasi udara lokal atau angin lokal dipengaruhi juga oleh rotasi bumi. Pengaruh rotasi bumi terhadap angin lokal ditunjukkan dari terjadi peristiwa siang dan malam. Peristiwa siang dan malam berkaitan erat dengan perbedaan suhu di darat maupun di laut ketika siang malam hari. ketika siang hari, daratan yang suhu lebih tinggi memiliki tekanan rendah, sebaliknya di lautan suhu lebih rendah dan memiliki tekanan yang lebih tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gerakan massa udara dari darat kelaut. Sedangkan pada malam hari tekanan udara di darat lebih tinggi daripada di laut, akibatnya terjadi aliran udara dari darat menuju laut. Peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari ikan di laut.
Begitu pula halnya dengan fenomena angin gunung dan angin lembah. perbedaan waktu penyinaran matahari akibat matahari yang terbit dan tenggelam menyebabkan terjadinya angin gunung dan angin lembah. Pada siang hari, gunung yang lebih cepat panas memiliki tekanan lebih rendah dari lembah yang suhunya lebih dingin. Hal ini menyebabkan terjadi gerakan massa udara dari lembah menuju gunung, sehingga terjadilah angin lembah. Sebaliknya pada malam hari, gunung menjadi lebih cepat dingin karena matahari yang terbenam memiliki tekanan udara lebih tinggi dari lembah yang suhu masih lebih panas. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran udara dari gunung menuju lembah, sehingga terjadilah angin gunung.
Sumber: Anonim. 2009. Angin Gunung dan Angin Lembah. http://www.cuacajateng.com/angingunungdananginlembah.htm diakses pada 14 November 2013 pukul 10.00 WIB Anonim. 2009. Angin Darat dan Angin Laut. http://www.cuacajateng.com/angindaratdananginlaut.htm diakses pada 14 November 2013 pukul 11.00 WIB Fikriyah. 2013. Pengaruh Rotasi Bumi Terhadap Sirkulasi Udara Lokal. http://www.idoub.com/doc/15652970/Pengaruh-Rotasi-Bumi-Terhadap-Sirkulasi-Udara-Lokal diakses pada 14 November pukul 19.00 WIB