ACARA I PENGATURAN JARAK TANAM A.
Pelaksanaan Praktikum Praktikum dilaksanakan pada :
B.
Hari
: Kamis.
Tanggal
: 05 November 2015.
Tempat
: Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,Yogyakarta.
Tujuan 1. Mengetahui kebutuhan ruang untuk tumbuh dan berkembang tanaman. 2. Mengetahui luasan minimal yang dibutuhkan tanaman agar tanaman mampu berproduksi.
C.
Dasar Teori Jarak tanam merupakan pengaturan pertumbuhan dalam satuan luas yang patut diperhitungkan tapi jarang diperhatikan oleh petani. Jarak tanam sangat erat kaitannya dengan jumlah anakan yang akan dihasilkan. Ini berarti jarak tanam erat kaitannya dengan jumlah hasil yang akan diperoleh dalam sebidang tanah. Karena itu pengaturan jarak tanam perlu diperhatikan untuk memenuhi sasaran agronomi yaitu produksi yang maksimal (Rubatzky, 1998). Jarak Tanam menentukan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh, mempermudah tindakan budidaya lainnya, tingkat dan jenis teknologi yang digunakan yang dapat ditentukan oleh : Jenis tanaman, Kesuburan tanah, kelembaban tanah, dan tujuan pengusahaan, Teknologi yang digunakan (manual atau mesin). Pengaturan jarak tanam terbagi menjadi beberapa yaitu : baris tunggal (single row), baris rangkap (double row), bujur sangkar (on the square), sama segala penjuru (equidistant), atau hexagonal, dan sebagainya (Mahdi, 2011). Tanjuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak tanam antar tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi 1
2
pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih luas mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil (Pima, 2000). Semakin banyak tanaman per satuan luas maka semakin tinggi indeks luas daun sehingga persen cahaya yang diterima oleh bagian tanaman yang lebih rendah menjadi lebih sedikit akibat adanya penghalang cahaya oleh daundaun diatasnya (Hanafi, 2005). Peningkatan produksi akibat pengaturan jarak tanam juga didapat oleh (Andrade, 2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase pe-ningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi cahaya. Hasil panen kacang tanah yang tinggi juga di tentukan oleh populasi tanaman, jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh jarak tanamnya. Pengaturan jarak tanam sangat mendukung pertumbuhan tanaman dan produksi. Jarak tanam juga sangat berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro disekitar tanaman dan penerimaan sinar matahari. Jarak tanam yang rapat dapat menyebabkan kelembapan udara yang tinggi disekitar tanaman. Kondisi ini tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman karena tanaman mudah terserang penyakit (Cahyono, 2003). Jarak tanama yang tidak tepat akan menimbulkan pengaruh negatif dan beberapa kerugian. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan pertumbuhan dahan terhambat sehingga mahkota pohon yang tidak rimbun. Jarak tanam yang terlalu rapat juga menyebabkan cahaya matahari tidak dapat diterima dengan baik oleh tanaman sehingga proses fotosintesis terhambat dan produksi buah tidak maksimal, meskipun tanaman diberikan pupuk yang cukup yang banyak mengandung fosfor (Sarpian, 2003). Kusandryani dan Luthfy (2006), di Indonesia terdapat dua tipe kangkung, yaitu kangkung darat dan kangkung air. Kangkung darat tumbuh di lahan tegalan dan lahan sawah, sedangkan kangkung air tumbuh di air, baik air balong maupun air sungai. Kultivar lokal yang dikenal adalah kangkung Lombok dan kangkung Sukabumi, keduanya memiliki kualitas yang tinggi dengan ciri khas daun berwarna hijau muda cerah, menarik, dan lebar
3
(biasanya jenis kangkung darat) serta batangnya renyah (Abidin et al, 1990). Kangkung mengandung senyawa phytol 37% dan asam palmitat 11% yang bermanfaat untuk farmasi, sehingga dalam dunia kedokteran kangkung disebut tanaman obat (Tseng et al, 1992). Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkungkangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam : Divisio
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Species
: Ipomoea reptans (Ware, 1975).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun atau ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen (Djuariah, 2007). D.
Alat dan Bahan
4
1. Alat a. Cangkul. b. Garu. c. Tugal. d. Mal jarak tanam. 2. Bahan a. Benih kangkung. b. Pupuk kandang, E.
Cara Kerja 1. Membuat bedengan masing-masing seluas 200 cm x 300 cm sebanyak 2 buah bedengan. 2. Memberi pupuk kandang ½ karung tiap bedengan. 3. Cara penanamannya adalah sebagai berikut : a. Melubangi lahan dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 15 cm (untuk membuat jarak tanam gunakan mal jarak tanam). b. Masukan sedikit pupuk furadan dilubang tanam yang telah di buat lalu tutup dengan sedikit tanah. c. Memasukkan benih kangkung kedalam lubang tersebut sebanyak 2 buah benih setiap lubangnya , kemudian tutup lubang dengan tanah. d. Melakukan penyiraman minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari atau sore hari. Penyiraman ini dilakuakan agar pertumbahan tanaman yang diteliti tidak terganggu, dan produksi yang dihasilkan lebih banyak. e. Melakukan penyiangan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi gulma, yaitu dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang diteliti (di dalam plot). f. Mengendalikan hama dan penyakit apabila tanaman terserang oleh hama atau penyakit, yaitu bisa dilakukan dengan cara mekanik. Secara mekanik yaitu dengan mengusir atau membuang langsung hama yang ada pada tanaman seperti ulat misalnya.
F.
Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1.1 Pengamatan Pengaturan Jarak Tanam Kangkung. 10 cm x 10 cm 15 cm x 15 cm Sample Tinggi Berat Jumlah Tinggi Berat Jumlah (cm) (gram) Daun (cm) (gram) Daun
5
I II III Total Rata-rata G.
52 50 47 149 49,6
34,5 39 44,3 117,8 39,2
34 31 41 106 35
34,5 31 34 99,5 33,1
22,7 17,3 26,5 66,5 22,1
40 38 39 117 39
Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan kangkung dapat diketahui bahwa ratarata tinggi tanaman kangkung dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm lebih tinggi dibanding dengan rata-rata tinggi tanaman kangkung dengan jarak 15 cm x 15 cm. Ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm lebih baik untuk pertumbuhan tinggi kangkung dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang. Disamping itu, jarak tanam rapat akan memperkecil jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman, sehingga aktifitas auksin meningkat dan terjadilah pemanjangan sel-sel. Sedangkan rata-rata berat tanaman kangkung dengan jarak 10 cm x 10 cm juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata berat tanaman kangkung dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Hal ini dikarenakan penanaman tanaman kangkung dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm pada tempat yang lebih dekat dengan saluran irigasi, sehingga kebutuhan air tercukupi dan mempengaruhi berat tanaman kangkung itu sendiri. Air berfungsi untuk proses fotosintesis, mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan dan membantu perkecambahan biji Rata-rata jumlah daun pada tanaman kangkung dengan jarak 15 cm x 15 cm lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah daun dengan jarak
6
tanam 10 cm x 10 cm. Hal tersebut dikarenakan jarak tanam yang lebih jarang dibandingkan dengan yang lainnya, dan menyebabkan persaingan diantara tanaman, baik itu berupa unsur hara, oksigen, ruang tumbuh, dan lainnya lebih sedikit dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat, dan berakibat tumbuhan tersebut pertumbuhannya lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih rapat. H.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengematan pengaturan jarak tanam kangkung dapat disimpulkan bahwa : 1. Setiap tanaman membutuhkan ruang yang berbeda-beda untuk tumbuh dan berkembang. Kebutuhan ruang erat kaitannya untuk mengetahui produksi tanaman. 2. Jarak tanam yang baik dan ideal untuk pertumbuhan tanaman kangkung adalah 10 cm x 10 cm.
I.
Daftar Pustaka Abidin, Z., A. Sumarna, Subhan, dan K.V. Veggal. 1990. Pengaruh cara penanaman, jumlah bibit, dan aplikasi nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil kangkung darat pada Tanah Latosol. Penelitian Hortikultura 19(3): 14-26. Andrade, F.H, P. Calvino, A.Carilo and P. Barbieri., 2002. Yield response to narrow row depend on increased radiatin interseption.
7
Cahyono, B., 2003. Kacang Buncis Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Hal : 42. Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762. Hanafi,M. Arief. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Jagung (Zea mays L) Untuk Produksi Jagung Semi. Kusandryani dan Luthfy. 2006. Karakterisasi Plasma Nutfah Kangkung. Buletin Plasma Nutfah 12 (1 ): 15-19. Mahdi, R., 2011. Teknik Budidaya http://rizalmahdi.files.wordpress.com / 2011/01/bab-9.pdf. Diakses pada tanggal 26 November 2015. Pukul 22.00 WIB. Pima, D., 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/7592/1/09E0129.pdf. Diakses pada tanggal 26 November 2015. Pukul 22.00 WIB. Rubatzky.1998. Pengaruh Kekurangan Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman kangkung air. Universitas Cendrawasi. Jayapura. http://id.wikipedia.org Diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 20.00 WIB. Sarpian, T., 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Hal : 71. Tseng, C.F., S. Iwahami, A. Mikajiri, K.M. Shibuya, M.F. Haraoka, Y. Ebisuka, K. Pawirata, and U. Sankawa. 1992. Inhibition of in vitro protalgladin and leucotviene biossyntheses by linnamoylbetephenthylamine and -N-acydopamine detrevatives. Chemical and pharmaceutical (Tokyo) 40(2): 396- 400. Ware, E.W. 1975. Producting Vegetable Crops. The Interstate Printer Phublisher Inc : England. ACARA II PESEMAIAN A. Pelaksanaan Praktikum Praktikum dilaksanakan pada : Hari : Kamis. Tanggal : 5 November 2015. Tempat : Kebun Pertanian Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
8
B. Tujuan Mengetahui Kriteria bibit sawi yang siap dipindah tanam. C. Dasar Teori Pesemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih atau bagian vegetative dari jenis tanaman tertentu sehingga dapat menghasikan bibit yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup baik untuk ditanam di lapangan. Memilih lokasi pesemaian harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut : lokasi pesemaian sedekat mungkin dengan lokasi penanaman atau jalan angkutan (aksesibilitas), lapangan harus datar, cukup tersedia air, mudah mendapatkan media, keadaan lingkungan baik, sirkulasi udara lancar dan sinar matahari dapat masuk kepermukaan tanah untuk mengurangi kerusakan bibit dari insecta dan jamur, dekat dengan tenaga kerja (Fahrudin, 2009). Pada umumnya pesemaian digolongkan menjadi 2 jenis atau tipe yaitu pesemaian sementara dan pesemaian tetap. Pesemaian sementara (Flyng nursery) biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Pesemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit atau semai. Sedangkan Pesemaian Tetap. biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas (Andini, 2006). Benih dapat langsung disebar ditempat tanam permanen (direct seeding) atau mula-mula dalam tempat dimana tanaman muda dapat dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum pananaman permanen. Penyemaian atau pembibitan ditujukan untuk menanam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat selama tahap perkecambahan yang gawat dan awal pertumbuahan bibit. Pembibitan merupakan bagian khusus dari pembiakan dengan biji (Oschse, 2003). Tempat pesemaian adalah sepetak tanah yang sengaja di buat untuk menyemaikan bibit-bibit yang tidak dapat atau sukar untuk ditanam langsung di kebun. Hampir semua bibit sayuran memerlukan persemaian itu. Hanya bayam, lobak, bakung, bawang merah, bawang putih, seledri, radis, wortel dan
9
semua jenis kacang dapat langsung ditanam (disebarkan) pada petakan-petakan pesemaian yang agak luas dapat dibuat pada tanah yang khusus disediakan untuk keperluan itu. Untuk berkebun di halaman cukup dipergunakan sebuah bak yang dibuat dari kayu (Rismunandar, 2003). Tempat dilakukannya pembibitan atau pesemaian hendaknya mudah dijangkau dengan memudahkan upaya pengairan, pemberian naungan atau halhal rutin lain yang diperlukan oleh tanaman muda. Ada dua bentuk utama dari bedengan pesemaian yang ditinggikan (raised beds) dan yang direndahkan (sunken beds). Bed yang ditinggikan merupakan bentuk bedengan pesemaian yang lebih banyak dilakukan oleh petani di wilayah yang sering banjir (Muningsjah dan Setiawan. 2000). Pesemaian tidak memerlukan tanah yang terlalu subur. Tanah subur mengakibatkan pertumbuhan bibit yang terlalu cepat. Sebaiknya tanah pesemaian yang kurang subur, maka pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar dari pada batangnya. Tanaman pesemaian dapat dipelihara dalam kotak-kotak tanah dan dalam kantong-kantong kertas atau di bedengan untuk pesemaian yang berjarak cukup didalam barisan agar mudah dipisahkan atau dipindahkan (Fiandika, 2006). Sawi hijau atau Caisin (Brassica sinensis L.) adalah tanaman jenis sayuran yang dapat ditanam disepanjang tahun. Sawi juga dapat hidup di berbagai tempat, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, sawi kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian antara 51200m dpl, baik di sawah, ladang, maupun pekarangan rumah. Sawi termasuk tanaman yang tahan terhadap cuaca, pada musim hujan tahan terhadap terpaan air hujan, sedang pada musim kemarau juga tahan terhadap panasnya cuaca yang menyengat, asalkan dibarengi juga dengan penyiraman secara rutin (Karida, 2007). Klasifikasi tanaman sawi dalam(Rukmana, 2002) sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledonae
10
Ordo
: Papavorales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies : Brassica juncea L. Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat caisim atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Daun B. juncea berkhasiat untuk peluruh air seni, akarnya berkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri pada tenggorokan dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala (Syafri, 2009).
D. Alat dan Bahan 1. Alat a. Ember plastik. b. Bak plastik. 2. Bahan a. Benih sayuran sawi. b. Pupuk kandang. c. Tanah. E. Cara Kerja 1. Membuat media pesemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 menggunakan ember plastik lalu dipindahkan ke dalam bak plastik. 2. 3. 4. 5.
Menyiram media sampai basah dan meletakkan dibawah tempat teduh. Menyebarkan benih sawi diatas media persemaian. Menaburkan sedikit tanah sebagai penutup. Menyiram persemaian setiap hari.
11
F. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Tanaman Sawi Parameter Pengamatan Sampel Tinggi sawi (cm) Jumlah Daun 1 4 2 2 5 3 3 5,5 2 Total 14,5 7 Rata-rata 4,83 2
Persentase hidup 100%
G. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pada pesemaian sawi dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi batangnya adalah 4,83 cm dan rata-rata jumlah daun adalah 2. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan jika pertumbuhan tanaman pesemaian masih kurang baik dan belum bisa optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya intensitas penyiraman yang dilakukan dan kurangnya intensitas cahaya. Terjadinya etiolasi juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bibit. Penyebab etiolasi, karena tidak ada cahaya menyebabkan auksin tidak terurai dan aktif memperbesar dan memperpanjang sel batang lebih cepat secara terus menerus. Selain itu terjadinya serangan hama ulat yang memakan daun dan hanya tersisa rangka dan tulang daunnya saja. Berkurangnya jumlah daun akan mengurangi laju fotosintesis pada tumbuhan karena klorofil berkurang. Tumbuhan yang nutrisinya tidak terpenuhi karena kekurangan makanan pertumbuhannya akan terhambat. Pesemaian dilakukan guna mendapatkan bibit tanaman yang baik. Sebuah bibit bisa dikatakan unggul apabila memiliki beberapa ciri umum diantaranya adalah pertumbuhan bibit seragam, tahan saat di pindah tanam, tumbuh lebih cepat, memiliki akar yang banyak, kokoh dan menghijau, tahan terhadap hama, tahan terhadap perubahan iklim dan mempunyai produktivitas yang tinggi. H. Kesimpulan
12
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bibit yang dihasilkan dari praktikum pesemaian kurang baik, karena belum ada beberapa kriteria bibit unggul yang belum terpenuhi salah satunya adalah terserang hama ulat dan terjadinya etiolasi pada tumbuhan karena kekurangan cahaya matahari.
I. Daftar Pustaka Andini.2006.Holtikultura danPesemaiann ya.http//holtikultura2006danpesemai annyammkiu. Diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 19.15 WIB. Fahrudin Fuat 2009. Budidaya Caisim (Brassica Juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh Dan Pupuk Kascing. Jurnal Pertanian.Vol.5 (2):8-14. Fiandika.2006.Ayo Tanam Sayur. http://ayotanamsayurbbjkgjgjaqj.2006. Diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 20.00 WIB. Karida 2007. Bercocok Tanam Sawi atau Caisin. Riau : Departemen Pertanian LIPTAN Press. Midhat.2013. "Jurnal Cara Mudah Budidaya Tanaman Slederi". http://transnjournal.net. Diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 19.45 WIB. Muningsjah dan setiawan.2000.Petani dan Budidaya Holtikultura. http://anandirablogspot.aadnmjiawadl;’. Diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 18.49 WIB. Oschse J J 2003. Vegetables The Duth East Indies. New York: Macmillan Co. Ltd. Rismunandar.2003.Pesemaian Sayuran.Jakarta : Pustaka Abadi. Syafri Edi dan Yusri Ahmad. 2009. Budidaya Sawi Secara Semi Organik. Bogor : Agroinovasi Press.
13
ACARA III PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF A. Pelaksanaan Praktikum Hari
: Kamis
Tanggal : 12 November 2015 Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. B. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui cara-cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. 2. Mengetahui pengaruh pemberian clonex pada pertumbuhan cangkok. 3. Mengetahui jenis media yang sesuai untuk pertumbuhan stek jambu air. 4. Mengetahui letak bahan tanam yang baik untuk pertumbuhan sensivera. C. Dasar Teori Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman,misalnya bagian cabang,ranting,mata tunas,akar cabang atau anakan. Perbanyakan vegetative dilakukan dengan cara setek,cangkok,tempel mata atau dengan menyambung. Perbanyakan ini hanya dilakukan pada tanaman-ta
naman yang sulit diperbanyak dengan biji
(Joesoef,1989). Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar. Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu
14
dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji.Umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Adinugraha et.al, 2007). Mencangkok adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki beberapa kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut, sehingga
mudah
tumbang/roboh
dan
umur
tanaman
lebih
pendek
dibandingkan tumbuhan yang di tanam dari biji (Anonim, 2012) Buah sirsak yang normal dan sudah cukup tua / matang mempunyai berat ± 500 gr, warna kulit agak terang, hijau agak kekuningan dan mengkilap. Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter ± 5 cm, diameter bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 2- 3 buah per 4 cm (diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang), kekerasan daging buah empuk merata, rasa manis atau manis asam segar dan beraroma khas (Anonim, 2013). Sirsak (Annona muricata Linn) berasal dari Amerika Selatan. Tanaman sirsak dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae.
Divisio
: Spermatophyta.
Sub Divisio : Angiospermae. Class
: Dicotyledonae.
Ordo
: Polycarpiceae.
15
Famili
: Annonaceae.
Genus
: Annona.
Species
: Annona muricata Linn.
Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat dan meningkatkan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi buah sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan (sebagai obat agar awet muda). Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit. Sari buah sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan rangsangan nafsu makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit kandung air seni dan wasir (Anonim, 2013). ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun perkembangan tanaman sangat penting. Oleh karena itu, pada artikel ini akan kami uraikan mengenai ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dengan harapan bisa memberikan kontribusi dalam usaha agribisnis pertanian. ZPT dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara biokimia, fisiologis maupun morfologis, yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, maupun pergerakan taksis tanaman atau tumbuhan baik dengan mendorong, menghambat, atau mengubahnya. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter. ZPT berbeda dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi, bentuk, maupun senyawa penyusunnya (Tanjionegoro. 2012 ) Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun dan stek batang dapat
16
dilakukan pada tanaman singkong. Stek tangkai dapat dilakukan pada tanaman mawar. Contoh tanaman yang dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar (Anonim, 2012). Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek,.Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas . Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman.(Jumin,1994) Zat pengatur tumbuh Atonik merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang beredar di pasaran. Zat pengetur tumbuh ini dapat meningkatkan proses fotosintesis, meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan daya serap unsur hara dari dalam tanah (Anonymous, tt). Zat pengatur tumbuh Atonik mengandung bahan aktif triakontanol, yang umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap tanaman dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman (Kusumo, 1984). Klasifikasi Lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) (Anonim, 2012). Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Super Divisi : Spermatophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Agavaceae Genus : Sansevieria Spesies : Sansevieria trifasciata Prain Oasis banyak digunakan oleh penyedia rangkaian bunga segar karena mempunyai beberapa kelebihan : daya simpan airnya yang sangat tinggi serta mempunyai ruang pori yang sangat banyak. Jika digunakan sebagai bahan
17
cangkok, pertumbuhan akar akan mudah terjadi karena ketersedian air yang sangat tinggi di dalam media cangkok disertai kemudahan akar untuk tumbuh karena pada dasarnya secara fisik, material oasis cukup rapuh dan lembut untuk ditembus oleh akar-akar muda sekalipun. Dengan demikian, pertumbuhan akar juga akan sangat cepat sekaligus mudah diamati. Oasis terbagi menjadi dua, tipe kering dan tipe basah. Disebut tipe kering karena sama sekali tidak menyerap air sedangkan Oasis basah adalah media tanam pengganti tanah yang berbentuk seperti spons, mudah dipotong, namun keras dan akan remuk jika ditekan serta mudah menyerap air (Anonim, 2012). Tumbuhan jambu air berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris, tegak, kulit kasar, batang berwarna coklat kehitaman, percabangan simpodial. Arah tumbuh batang tegak lurus. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar (Anonim, 2013). Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eugenia
Spesies
: Eugenia aquea Burm.F
18
D. Alat Dan Bahan 1. Alat a. Pisau steril. 2. Bahan a. Batang sirsak. b. Daun sansivera. c. Batang jambu air. d. Polybag. e. Cocopit. f. Botol air mineral. g. Tali rafia. h. Tanah. i. Oasis (floral foam) j. ZPT (clonex, atonik). k. Plastik. E. Cara Kerja 1. Cara stek sansivera a. Menyediakan bahan stek daun sansivera. b. Memotong menyerong permukaan daun sansivera dan merendam daun dalam atonik. c. Menanam pada media campuran tanah dan pupuk kandang. d. Menyiram setiap hari, jangan sampai becek. 2. Cara stek jambu air a. Menyediakan bahan stek batang jambu air. b. Memotong menyerong permukaan batang jambu air. c. Mengoleskan clonex pada bagian yang telah dipotong. d. Merendam batang jambu air dalam atonik. e. Menanam batang jambu air dalam botol dengan media tanah dan oasis. f. Membungkus botol dalam satu plastik, memendam sebagian dalam tanah namun jangan terlalu dalam, mengikat plastik. 3. Cara cangkok a. Memilih pohon induk, menentukan 4 cabang yang pertumbuhannya baik. b. Mencampurkan pupuk dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. c. Membuat keratan melingkar batang (cabang) sebanyak dua buah keratan dengan jarak antar keratan 5 cm dengan menggunakan pisau steril. d. Mengupas kulit batang yang berada diantara dua keratan tersebut, ihkan kambiumnya sampai bersih dengan cara mengeroknya dengan pisau.
19
e. Mengoleskan clonex pada 2 cabang tanaman yang telah di kupas kulit batangnya. f. Mengambil media tanah yang sudah dibasahi dan membalutkan pada bagian cabang yang telah dikupas. g. Membungkus segera cabang yang sudah dikupas tersebut dengan plastik kemudian mengikatnya. h. Menyiram setiap hari media cangkok, jangan sampai kering.
F. Hasil Pengamatan Tabel 3.1 Pengukuran Tanaman pada Stek Daun Lidah Mertua Sampel Pangkal Ujung JA PA(cm) JA PA(cm) 1 16 2,5 2 3 14 1 = 33,3 % Tabel 3.2 Pengukuran Stek Batang Tanaman Jambu Air Media Tanam Oasis Media Tanah Kompos Sampel PA TT PA TT JA JT JA JT (cm) (cm) (cm) (cm) 1 2 3 4 5 Tabel 3.3 Pengukuran Cangkok Tanaman Sirsak
20
Sampel
Dengan Clonex Jumlah Akar terpanjang Akar (cm) -
1 2 Keterangan : JA : Jumlah akar. PA : Panjang akar. JT : Jumlah tunas. TT : Tinggi tunas.
Tanpa Clonex Jumlah Akar terpanjang Akar (cm) -
G. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan stek sansivera dapat diketahui bahwa jumlah akar dan panjang akar stek bagian pangkal lebih besar daripada stek bagian ujung. Hal ini dikarenakan Pada stek daun bagian tengah memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan bagian atas. Pada awal penyetekan karbohidrat berperan penting dalam metabolisme tanaman yang menghasilkan energi kemudian digunakan untuk pertumbuhan akar. Sedangkan hasil pengamatan stek batang pada jambu air dapat diketahui tidak adanya pertumbuhan pada stek jambu air yang menggunakan media tanam tanah dan media tanam oasis. Hal in dikarenakan media yang digunakan untuk yang digunakan tidak cocok dan media tanam terlalu lembab yang membuat jamur dan lumut mudah untuk tumbuh sehingga batang stek yang digunakan menjadi busuk dan mati. Jamur dan lumut yang tumbuh akan menyerap makanan yang ada di dalam stek sehingga makanan yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi habis. Namun seharusnya pertumbuhan tanaman yang di stek pada media tanam tanah lebih bagus dibandingkan pada
21
stek dengan media tanam oasis karena pada media tanam tanah lebih banyak mengandung unsur hara dan zat lain yang dibutuhkan tanaman. Pada hasil pengamatan cangkok tanaman sirsak dapat diketahui bahwa sirsak tanpa clonex dan sirsak dengan clonex tidak menunjukkan adanya pertumbuhan. Hal ini dikarenakan ke empat batang sirsak yang dicangkok patah sehingga akar tidak bisa tumbuh pada batang yang dicangkok tersebut. Batang sirsak patah karena cabang masih terlalu muda dan kecil pada saat dibungkus dengan tanah cabang tidak kuat sehingga patah dan media yang digunakan kurang baik dalam menjaga kelembaban, sehingga media terlalu banyak air yang mengakibatkan cangkok busuk. Namun seharusnya cangkok yang menggunakan clonex akan mendapatkan hasil yang lebih baik karena kandungan clonex yang berupa auksin dapat merangsang tumbuh akar, sehingga kemungkinan berhasil lebih tinggi. H. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat di simpulkan bahwa : 1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan cara stek dan cangkok. 2. Clonex mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman. 3. Media yang sesuai untuk pertumbuhan stek jambu air adalah media tanah, karena banyak mengandung zat yang dibutuhkan tanaman. 4. Bahan tanam yang baik untuk stek sansivera yaitu pada bagian pangkal.
22
I. Daftar Pustaka Adinugraha H,A., Sugeng P., dan Toni H., 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Balai Besar penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanman Hutan 5(2):1 Anonim, 2012. Mencangkok Dengan Bahan Flolar Foam http://leirafruit.blogspot.co.id/2012/12/mencangkok-dengan-bahan-floralfoam.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015. Pukul 10.30 WIB. Anonim, 2013. Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn) http://www.petanihebat.com/2013/03/klasifikasi-danmorfologi-tanaman.html Diaksess pada tanggal 24 November 2015. Pukul 20.00 WIB Anonim, 2013. Klasifikasi dan Morfoogi Tanaman Jambu Air http://www.petanihebat.com/2013/05/klasifikasi-danmorfoogitanaman -jambu.html. Diakses pada tanggal 24 November 2015. Pukul 20.05 WIB. Anonim, 2013. Peranan Zat Pengatur Tumbuhan Atonik http://pertanian 457.blogspot.com/2011/11/peranan-zat-pengatur-tumbuh-atonik.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015. Pukul 10.30 WIB. Joesoef, M. 1989. Penuntun Berkebun Jeruk. Bharata. Jakarta. 78 p. Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p Tanjionegoro, 2012. Hormon Tumbuhan atau ZPT Zat Pengatur. http://www.tanijogonegoro.com/2012/11/hormon-tumbuhan-atau-zptzat-pengatur.html. Diakses tanggal 24 November 2015. Pukul 20.00 WIB
23
ACARA IV VERTIKULTUR DAN BUDIDAYA TANAMAN DALAM POT A. Pelaksanaan Praktikum Hari : Kamis. Tanggal : 12 November 2015. Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. B. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui kriteria tanaman yang dapat dibudidayakan dengan sistem vertikultur. 2. Mengetahui jenis limbah yang dapat digunakan untuk vertikultur. 3. Mengetahui jenis tempat vertikultur yang baik terhadap pertumbuhan sawi. C. Dasar Teori Sesuai dengan asal katanya dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture maka vertikultur adalah system budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa menanam 5 tanaman dengan, sistem vertical bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun vertikal namun ide ini sangat merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit sekalipun struktur vertikal memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Liverdi. 2011). Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Secara estetika, tanaman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan
24
atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikitpun (Anya P Damastuti. 1996). Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain, selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman (Subagyo. 2009). Perlu diketahuai bahwa terdapat beberapa jenis vertikultur. Masingmasing memiliki karekteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis vertikal, biasanya kita temui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbentuk kolom yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang umumnya kita temui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu ada pula jenis vertikultur yang bergatung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atap (Avicenna, 2011). Sistem bertanam secara vertiultur memiliki beberapa kelebihan baik dari segi teknik maupun ekonomis. Namun memiliki dua kekurangan ddari segi investasi dan teknik budidaya. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem vertikultur jika ditinjau dari segi teknik diantaranya adalah populasi tanaman persatuan luasan jauh lebih besar, dengan melakukan sterilisasi media tanam, dapat dihindari pemakaian pestisida yang dapat mencemari tanaman dan menggangu kesehatan, kehilangan pupuk yang terbawa aliran air hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang digunakan sudah diperhitungkan cukup di sekitar perakaran tanaman saja dan dalam struktur wadah terbatas, mudah dibuat
25
dengan menggunakan bahan dasar yang disesuaikan dengan bahan yang tersedia, bahan dasar yang dipakai dapat menggunakan barang bekas atau sudah tidak dipakai, sepert pipa paralon, talang air, bambu, kayu, pot plastik atau botol bekas kemasan air mineral, dapat menambah nilai estetika lahan pekarangan, dapat dipindah-pindah sesuai dengan keinginan. Syarat kebutuhan cahaya matahari, kelembapan udara dan temperatur yang sesuai dpat terpenuhi, dapat mendatangkan keuntungan ekonomis karena investasi bangunan unit vertikultur di media tanam dapat dipakai lebih dari satu kali penanaman, tanaman yang ditanam secara vertikultur sperti sayuran yang dihasilkan memiliki nilai jual tinggi karena bebas dari pnggunaan pestisida kimiawi, kuantitas dan kualits produk lebih tinggi, kontinuitas produksi dapat dipertahankan jika menginginkan teknik ini dipakai untuk produksi sayurana atau tanaman obat-obatan secara komersial, dapat juga digunakan untuk daerah yang tempatnya kering dan kurang baik untuk pertumbuhan tanaman khususnya sayuran (Batharai dkk, 2011). Sedangkan kekurangan dengan menggunakan teknik budidaya sistem vertikultur diantaranya adalah memerlukan investasi awal cukup tinggi, Jika sistem vertikultur menggunakan struktur bangunan utama berupa rumah plastik, waktu yang dibutuhkan untuk persiapan lebih lama, karena membuthkan konsep terlebih dahulu, tanaman rentan terhadap serangan jamur. Diakibatkan tingkat kerapatan tanaman lebih tinggi, sehingga menciptakan kondisi kelembapan udara yang tinggi. Akan tetapi serangan jamur yang tinggi dapat dikendalikan dengan menerapkan beberapa tindakan yang mrupakan konsep pengendalian hama terpadu. Contohnya dengan menggunakan
pestisida
alami,
melakukan
pergiliran
tanaman
menerapkan pengelolaan air yang tepat (Sutarminingsinh dkk, 2003 ).
atau
26
D. Alat Dan Bahan 1. Alat a. Cethok. b. Cangkul. c. Ember. d. Pot e. Paralon f. Alat vertikultur 2. Bahan a. Bibit sawi. b. Pupuk kandang. E. Cara Kerja 1. Mencampur tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 pada ember yang telah disedaikan. 2. Menyiapkan peralatan vertikultur yang akan digunakan 3. Mengisi peralatan vertikultur dengan campuran media tanam yang sudah dibuat. 4. Menanam setiap lubang wadah dengan bibit yang telah dipersiapkan. 5. Menyirami media tanam dengan gembor .
F. Hasil Pengamatan Tabel 4.1 Hasil pengamatan Vertikultur Sawi Sempel 1
Paralon TT (cm) 13
Pot JD 4
TT (cm) 17
JD 5
27
2 16 3 13,5 Total 42,5 Rata-rata 14,17 Keterangan : TT : Tinggi tanaman JD : Jumlah daun
4 4 12 4
15 15 47 15,67
4 5 14 4
Paralon
= 86,67% Pot
= 80% G. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan budidaya tanaman sistem vertikultur rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun sawi dalam pot lebih tinggi daripada tanaman sawi dalam paralon. Hal ini disebabkan karena pada tanaman sawi dalam pot nutrisi yang ada dalam media hanya digunakan untuk satu tanaman sawi saja, sehingga tidak terjadi perebutan atau pembagian nutrisi antar tanaman. Sedangkan pada tanaman sawi dalam paralon nutrisi yang ada dalam media digunakan untuk beberapa tanaman sawi yang ditanam, sehingga terjadi perebutan atau pembagian nutrisi antar tanaman yang menyebabkan pertumbuhannya kurang optimal. Persentase hidup tanaman dalam paralon lebih besar dari presentase hidup tanaman sawi dalam paralon. H. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan budidaya tanaman dengan system vertikultur pada pot dan paralon dapat disimpulkan bahwa : 1. Kriteria tanaman yang dapat daibudidayakan dengan system vertikultur adalah tanaman yang berumur pendek dan berakar pendek. 2. Jenis limbah yang dapat digunakan untuk budidaya dengan system vertikultur sepert pipa paralon, talang air, bambu, kayu, pot plastik atau botol bekas kemasan air mineral.
28
3. Jenis tempat vertikultur yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi yaitu pot.
I. Daftar Pustaka Anya P Damastuti, 1996. Teknik Budidaya Dengan Sistem Vertikultur http://riseuays.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 Pukul 22.00 WIB. Avicenna, 2011. Sistem Vertikultur http://jurnal.unsyiah.ac.id .Diakses pada tanggal 22 Desember 2015 Pukul 22.15 WIB. Batharai, 2011. Teknik Budidaya Dengan Sistem Vertikultur http://riseuays.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 Pukul 22.00 WIB.
29
Liverdi, 2011. Penerapan Sistem Budidaya Vertikultur http://paknilaia. blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 22.15 WIB. Subagyo. 2009. Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Sutarminingsinh, 2003. Teknik Budidaya Dengan Sistem Vertikultur http://riseuays.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 Pukul 22.00 WIB.
ACARA V APLIKASI PEMUPUKAN PADA TANAMAN A. Pelaksanaan Praktikum Hari : Kamis Tanggal : 19 November 2015 Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. B. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui jenis aplikasi pemupukan pada tanaman.
30
2. Mengetahui pengaruh pupuk kimia terhadap pertumbuhan tanaman jagung. 3. Mengetahui jenis formulasi pupuk yang baik untuk pertumbuhan buah naga. C. Dasar Teori Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia mennyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur hara. Sedangkan sifat biologis menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat organik maupun zat anorganik. Nutrisi organik diperoleh melalui proses fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik semuanya diperoleh melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut berupa kation dan anion yang mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar (Sulanjana, Agung dkk. 2005). Pemupukan adalah penambahan pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih subur. Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahanbahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Contoh penambahan pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya (Sutejo, 2002). Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). pupk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang tidak menguntungkan adalah sangat higroskopis dan mulai menarik air dan udara pada kelembaban nisbi 73 persen (Hasibuan, 2006). Pupuk kandang tergolong dalam pupuk organis yang berasal dari sisa (kotoran) hewan. Pupuk kandang bermanfaat untuk kesuburan tanah, apabila dipelihara dengan baik, selain itu juga mengandungbenih hama penyakit dan gulma. Sebelum dimanfaatkan tanaman, pupuk kandang terlebih dahulu
31
mengalami proses mineralisasi dan humifikasi dengan bantuan mikro pengurai (Jumin, 2005). Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Ketiga unsur dalam pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman dalam tiga cara, yaitu (1) Nitrogen, membantu pertumbuhan vegetatif, terutama daun, (2) Fosfor, membantu pertumbuhan akar dan tunas, (3) kalium, membantu pembungaan dan pembuahan (Anonim, 2015). Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman (Nyanjang,2003). Dalam budidaya pertanian, keberadaan pupuk merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang optimalisasi produksi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan usaha budidaya pertanian secara intensif, diperlukan pemahaman yang benar mengenai pupuk dan cara memupuk. Ada beberapa cara yang digunakan dalam pemupukan, seperti contohnya adalah ditabur atau disebar, memupuk cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur. Cara larikan yaitu memupuk, dengan memasukkan ke dalam larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar tidak mudah menguap. Yang ketiga dimasukkan ke lubang tanah, digunakan untuk tanaman tahunan yang sebelumnya diawali dengan pembuatan lubang tanam. Masukkan ke dalam lubang kemudian tutup lagi dengan tanah. Yang terakhir pengocoran, diterapkan jenis cair atau padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air (Kurnianti, 2013). D. Alat Dan Bahan 1. Alat a. Tugal. b. Cangkul. c. Garu. d. Ember.
32
e. Mal jarak tanam. 2. Bahan a. Benih jagung dan tanaman buah naga. b. Pupuk NPK tablet. c. Pupuk Kandang. d. Pupuk phonska E. Cara Kerja Penanaman Jagung 1. ihkan lahan terlebih dahulu dari gulma di areal yang akan dibuat bedengan. Lahan dapat dibersihkan secara manual yaitu dengan mencabuti tanaman pengganggu hingga bersih, kemudian melakukan pengolahan tanah dengan mencangkul, diikuti dengan garu sampai lahan siap ditanami. 2. Mencampur tanah dengan pupuk organik sebanayak 5kg per petak lahan tanam (200 cm x 300 cm). 3. Membuat lubang dengan cara ditugal sedalam 5 cm. jarak tanam yang dianjurkan yaitu jarak tanam 75 cm x 40 cm dan masukkan pupuk ponska sebanyak 100gr untuk satu bedengan kedalam lubang. 4. Masukkan sebanyak 2 benih jagung setiap satu lubang Pemupukan Buah Naga 1. Memberikan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2 ember kecil per tanaman. 2. Membuat 6 lubang per tanaman lalu tanam pupuk NPK tablet. F. Hasil Pengamatan Tabel 5.1 Pengamatan Tanaman Jagung dengan Pupuk dan Tanpa Pupuk Dengan Pupuk Tanpa Pupuk Tinggi Jumlah Daun Tinggi Sampel Jumlah Daun Tanaman (Helai) Tanaman (Helai) (cm) (cm) 1 11 123 8 99 2 11 119 9 99 3 10 108 10 108 Total 32 350 27 306 Rerata 10,6 116,6 9 102 Tabel 5.2 Pengamatan Tanaman Buah Naga Sebelum dan Setelah Pemupukan Sebelum Pemupukan Setelah Pemupukan Sampel Jumlah Warna Bunga Jumlah Warna Bunga Tunas Tunas Kuning Hijau 1 kehijauan kekuningan
33
2 3 4 5
-
Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan Kuning kehijauan
-
Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan Hijau kekuningan
1 1 3
2 -
G. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pemupukan pada tanaman jagung dapat diketahui bahwa kualitas tanaman jagung yang diberi pupuk lebih baik dengan melihat rata-rata jumlah daun dan tinggi tanaman jagung yang diberi pupuk lebih besar dibanding tanaman jagung yang tanpa diberi pupuk. Manfaat dari pemupukan
sendiri
adalah
meningkatkan
dan
mempercepat
proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatkan hasil produksi tanaman, meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk ponska mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan. Sedangkan hasil pengamatan tanaman buah naga dapat diketahui bahwa tanaman buah naga mengalami perubahan warna, pertumbuhan tunas dan bunga setelah tanaman diberi pupuk kandang dan pupuk npk tablet. Warna sulur tanaman yang sebelumnya berwarna kuning kehijauan kini berubah menjadi hijau kekuningan. Hal ini dikarenakan pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK yang masing-masing unsurnya memiliki peran dan fungsi tertentu. Unsur nitrogen berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif terutama daun, fosfor untuk membantu pertumbuhan akar dan tunas dan kalium untuk membantu pembungaan dan pembuahan. H. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi pemupukan tanaman jagung dan buah naga dapat disimpulkan bahwa :
34
1. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara ditabur atau disebar, larikan dan dimasukan kedalam lubang tanam. 2. Pemberian pupuk kimia ponska membuat tanaman jagung lebih tinggi dan jumlah daun banyak. 3. Pupuk kandang dan pupuk npk tablet membantu pertumbuhan tunas dan bunga tanaman buah naga.
I.
Daftar Pustaka Anonim. 2015. Pupuk NPK. https://id.m.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 30 November 2015. Pukul 20.06 WIB. Hasibuan. 2006. Laporan Pupuk Dan Pemupukan. http://saiful-abbas .blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 30 November 2015. Pukul 20.00 WIB. Jumin. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Pekanbaru:PT. RajaGrafindo Persada. Kurnianti, Novik. 2013. Pemupukan. http://www.tanijogonegoro.com. Diakses 30 November 2015. Pukul 20.00 WIB. Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman Teh Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding Teh Nasional. Gambung. Hal 181-185. Sulanjana, Agung dkk. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung; Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sutejo.2002. Laporan Pupuk Dan Pemupukan http://saiful-abbas .blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 30 November 2015. Pukul 20.00 WIB.
35
ACARA VI PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA A. Pelaksanaan Praktikum Hari : Kamis Tanggal : 19 November 2015 Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. B. Tujuan Praktikum Mengetahui pengaruh letak daun terhadap banyaknya cahaya yang diloloskan. C. Dasar Teori Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman persatuan luas dan persatuan waktu (kal/cm2/hari).
Pengertian
intensitas disini sudah termasuk di dalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari. Intensitas
cahaya
dan
lamanya
penyinaran
mempengaruhi
sifat
tanaman.Besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tidak sama untuk setiap tempat dan waktu. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu Jarak antara matahari dan bumi, tergantung pada musim, lamanya periode cahaya matahari atau panjang hari, letak geografis (Anonim, 2012). Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Namun demikian intensitas cahaya yang sampai pada permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan salah satu sebab potensi produksi tanaman aktual belum diketahui (Anonim, 2012). Proses fotosintesis tidak lepas dari peran cahaya matahari. Respon tanaman terhadap intensitas cahaya yang berbeda tergantung dari sifat adaptif tanaman
tersebut.
Respon
terhadap
intensitas
cahaya
tinggi
dapat
36
menguntungkan atau merugikan. Hal ini karena tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman, sehingga menyebabkan produktifitas tanaman menurun (Salisbury, l992). Pada dasarnya intensitas cahaya matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk
karbohidrat.
Berdasarkan
ekologi
terhadap
kemampuan
penerimaan cahaya, secara garis besar tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yang pertama heliofit, tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya matahari penuh. Lalu yang kedua skiofit, tanaman yang tumbuh baik pada intensitas cahaya yang rendah (Lukitasari, 2010). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor makro dan mikro. Yang termasuk dalam faktor makro adalah : cahaya matahari, suhu, kelembaban, awan, angin, serta pencemaran udara. Sedangkan faktor mikro meliputi media tumbuh dan kandungan O2 dan CO2 yang ada di udara (Suryowinoto. 1988). Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar . Sensor tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun semakin besar.(Hasan, 2014 ) Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Helai daun terbanyak terletak pada ½-2/3 dari ujung batang, di ujung batang helai daun jarang atau kecil. Bentuk bervariasi, memanjang atau
37
jantung, ujung runcing, meruncing atau tumpul. Pangkal daun berlekuk, tepi daun rata dan pertulangan menyirip atau menjari. Daun berdaging lunak/herbaseus,permukaan licin atau berambut halus. Warna helai atas dan bawah sama yaitu hijau, terkadang warna helai bawah lebih muda (Anonim, 2013). D. Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat pengukur intensitas cahaya (Lux meter) 2. Bahan a. Tanaman kangkung E. Cara Kerja 1. Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter sangat sederhana. Adapun prosedur penggunaan alat ini adalah sebagai berikut: a. Menggeser tombol “off/on” ke arah on b. Memilih kisaran range yang akan diukur (300 lux, 1.000 lux atau 3.000 lux) pada tombol range c. Mengarahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya d. Melihat hasil pengukuran pada layar 2. Mengukur intensitas cahaya pada tanaman kangkung pada bagian atas dan bawah kanopi daun. 3. Mencatat hasil pengukuran intensitasnya.
F. Hasil Pengamatan Tabel 6.1 Pengamatan Intensitas Cahaya Pada Tanaman Sempel 1 2 3 Total Rata-rata
Daun Bagian Atas 740 820 800 2360 786,67
Daun Bagian Bawah 640 580 660 1880 626,67
G. Pembahaan Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter intensitas cahaya terbesar pada daun bagian atas. Intensitas cahaya yang diterima oleh daun bagian atas lebih besar dibanding
38
dibagian bawah daun. Hal ini karena pada bagian atas daun terkena sinar matahari secara langsung tanpa terhalang apapun, sedangkan pada daun bagian bawah tidak terkena sinar matahari langsung karena terhalang oleh daun bagian atas, sehingga cahaya yang diterima daun bagian bawah kurang maksimal dan laju fotosintesis menjadi lambat mempengaruhi proses pembuatan bahan makanan menjadi lebih sedikit. Cahaya diperlukan dalam proses fotosintesis untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimal). Letak daun kangkung yang bersilang yaitu dalam satu buku terdapat satu helai daun membuat cahaya yang diloloskan menjadi lebih rendah, karena tajuk daun bagian atas menutupi daun bagian bawah.
H. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya yang diterima oleh bagian atass daun lebih besar dibandingkan daun bagian bawah. Letak daun kangkung yang bersilang dan bentuk daun yang tersebar spiral membuat cahaya yang diloloskan cukup banyak, karena daun bagian bawah tetap mendapatkan cahaya yang cukup.
I. Daftar Pustaka Anonim, 2012. Laporan Dasar-Dasar Budidaya Tanaman. http://www.asikasik.blogspot.com. Diakses 30 November 2015 pukul 17.25 WIB. Anonim, 2013. Morfologi Tanaman Kangkung. https://agroekoteknologi08 .wordpress.com/2013/07/12/morfologi-tanaman-kangkung. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015. Pukul 22.00 WIB
39
Basri
Hasan, 2014. Lux Meter – Alat Pengukur Cahaya. http://hasanbasri93.blogspot.co.id/2014/12/lux-meter-alat-pengukurcahaya.html. Diakses 7 Desember 2015 pukul 17.30 WIB
Lukitasari, 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai PKM AI. http://ikippgrimadiun.ac.id. Diakses 29 November 2015. Pukul 19.30 WIB. Sallisbury, F. B. And Ross, C. W. l992. Plant Physiologi. Wadsworth Publishing Company Belmont, California. http://riskyridhaagriculture .blogspot.co.id/2011/12/intensitas-cahaya-terhadap-pertumbuhan.html Diakses 7 Desember 2015. Pukul 17.20 WIB. Suryowinoto, 1988. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai PKM AI. http://ikippgrimadiun.ac.id. Diakses 29 November 2015. Pukul 19.30 WIB.
ACARA VII PENGAMATAN PARAMETER KUALITAS DAN KUANTITAS TANAMAN A. Pelaksanaan Praktikum Hari : Kamis Tanggal : 19 November 2015 Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
40
B. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui bagian semangka yang memiliki kadar kemanisan paling tinggi. 2. Mengetahui cara pengukuran luas daun. 3. Mengetahui cara pendugaan hasil panen tanaman per hektar. C. Dasar Teori Kualitas ialah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu (Wikipedia, 2013). Beberapa contoh dari pengertian kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan, kecocokan untuk pemakaian, perbaikan berkelanjutan, bebas dari kerusakan/cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat, melakukan segala sesuatu secara benar, sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan (Tjiptono, 1996:55). Kuantias, yakni banyaknya atau jumlah. ontohnya jumlah suatu benda, jumlah penduduk, dan lain-lainl (Anonim, 2013). Peningkatan produksi pertanian dalam suatu penelitian dapat diketahui dari mengukur beberapa parameter. Cara mengukur parameter pada tanaman dapat dilakukan pada saat vegetatif (pertumbuhan) dan fase generatif (pembuahan). Untuk menentukan kuantitas tanaman dapat di ukur melalui parameter, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot hasil, sedangkan untuk mengukur kualitas dapat diukur melalui parameter kadar gula, vit C, dan karbohidrat (Anonim. 2015) Pengukuran kadar gula total dapat menggunakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut (refractometer). Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dan sebagainya. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari Jerman pada permulaan abad 20 (Adiya Sayogi, 2015). Semangka adalah salah satu jenis tanaman yang merambat yang termasuk kedalam suku Cucurbitaceae (Labu-labuan). Buah semangka berbentuk bulat/lonjong dengan warna kulit luar berwarna hijau. Jika sudah
41
masak, dalam buah semangka berwarna merah dan banyak biji yang menempel. Biji semangka berbentuk pipih lonjong dengan ukuran panjang sekitar 1 cm dan lebar sekitar 0,5 cm. Daun semangka berukuran cukup besar, berlekuk-lekuk tepinya, berwarna hijau dan bunga berwarna kuning. Kasifikasi ilmiah dari semangka (Citrullus Lanatus Tunb) (Anonim, 2013): Kingdom Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilleniidae : Violales : Cucurbitaceae : Citrullus : Citrullus lanatus (Tunb)
Peningkatan luas daun berhubungan erat dengan peningkatan tinggi tanaman dan bobot bahan kering. Di samping itu, indeks luas daun makin meningkat sehingga makin banyak daun yang terlindungi dan dengan demikian pada akhir pertumbuhan Laju Tumbuh Tanaman Rata-Rata (LTT) lebih cepat menurun. LTT maksimum diperoleh pada saat daun berkembang penuh sehingga dapat mengkonvensi radiasi matahari dan hara secara maksimal untuk menghasilkan bahan kering yang potensial (Wareing dan Cooper. 1971). Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran (Bambang dan Haryadi. 2008). Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun yaitu metode kertas millimeter dan gravimetri. Metode kertas milimeter ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun
42
diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak. Sedangkan metode gravimetri ini menggunnakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada perinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar yang akan di taksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasil’kana replika (tiruan) daun. Replica daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan berat replika daun degan berat totel kertas (Anonim. 2012). Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Pendugaan hasil panen per hektar dilakukan dengan cara ubinan yaitu kegiatan pengukuran hasil panen tanaman pertanian dalam suatu lokasi atau luasan tertentu. Ubinan dilakukan untuk menghitung produktivitas tanaman pertanian (padi dan palawija). Satuan ini terutama dipakai untuk mengestimasi hasil atau produksi hasil tanaman pangan, seperti padi atau kedelai. Pada suatu lahan diberi batas yang dinamakan “petak ubinan”, berukuran satu ubin (Soemarno, 2004). D. Alat Dan Bahan 1. Alat a. Alat refraktometer b. Timbangan analitis c. Penggaris d. Kertas millimeter e. Gunting f. Pensil 2. Bahan a. Semangka untuk pengukuran kadar gula total
43
b. Bahan daun jambu monyet, kelengkeng dan ubi jalar E. Cara Kerja 1. Mengukur kadar gula total menggunakan alat refraktometer 2. Menentukan luas daun berdasarkan berat kertas Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas millimeter b. Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk daunnya c. Menimbang gambar daun tersebut dan mencatatnya (A g) d. Memotong kertas millimeter dengan ukuran 10 cm x 10 cm kemudian ditimbang (misal B g) e. Menghitung luas daun yang akan diukur dengan rumus: LUAS DAUN =
X 100 cm2
3. Menentukan luas daun berdasarkan luasan pada kertas millimeter Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas millimeter b. Memotong gambar daun tersebut diatas sesuai dengan bentuk daunnya c. Menghitung luasan kotak millimeter dengan mengelompokkan sesuai dengan besar kotak (1 cm2) yaitu 80%-100%; 60%-80%; 40%60%; 20%-40% dan <20%. d. Menghitung luas daun berdasarkan jumlah persentase masing-masing. 4. Pendugaan hasil per hektar a. Memanen tanaman kangkung luas petak yaitu 1,5 m x 1,5 m tiap bedengan. b. Menimbang hasil panen tiap bedengan. c. Memberi nama A untuk hasil panen pada jarak tanam 10 cm x 10 cm dan B untuk hasil panen pada jarak tanaam 15 cm x 15 cm. d. Menghitung pendugaan hasil per hektar dengan rumus :
44
F. Hasil Pengamatan Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Kadar Kemanisan Semangka (brix) Ulangan Ujung Tengah 1 13,5 13 2 15 13 3 13 11,3 Total 41,5 37,3 Rata-rata 13,83 12,43 Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Pengukuran Luas Daun (cm²) Ulangan
Gravimetri UJ K 33,3 33,3 33,3 50 66,6 83,3 33,3 41,65
JM 1 16,6 2 33,3 Total 49,9 Rata-rata 24,95 Keterangan JM : Jambu monyet UJ
: Ubi jalar
K
: Kelengkeng
JM 23 32 55 27,5
Berat kangkung dalam satu petak panen (1,5 m x 1,5 m) : 1. Jarak tanam 10 cm : 8 kg 2. Jarak tanam 15 cm : 6 kg
= 7 x 4.444,44 = 31.111,08 kg/ha = 31,11 ton/ha
Pangkal 10,1 10 10 30,1 10,03
Milimeter UJ 28 32,4 60,4 30,2
K 32,2 40 72,2 36,1
45
G. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan kadar kemanisan pada tiga bagian semangka yaitu ujung, tengah, pangkal dapat diketahui adanya perbedaan hasil pengukutran pada setiap bagian semangka. Perbedaan ini di akibatkan Hal ini disebabkan karena pada saat buah semangka masih dalam kondisi bulat, bagian tengah dari buah semangka tersebut mendapatkan nutrisi terlebih dahulu dan mengandung banyak likopen yang menyebabkan buah berwarna merah dan terasa manis. Likopen ini akan menyebar dari tengah ke pinggir. Sehingga ketika buah semangka dipotong menjadi bentuk segitiga, bagian tengah dari semangka pada saat kondisi bulat akan menjadi bagian ujung. Maka kadar gula teringgi setelah semangka dipotong segitiga adalah ada pada bagian ujung. Mengetahui kualitas tanaman juga dapat dilakukan dengan pengukuran luas daun. Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengguakan kertas millimeter blok dan gravimetri. Metode pengukuran luas daun yang akurat yaitu menggunakan metode kertas millimeter blok. Hal ini dikarenakan
pada metode kertas millimeter blok luas daun di taksir
berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sedangkan metode gravimetri kurang teliti karena luas daun ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas dan dipengaruhi oleh faktor ketelitian pada saat pengukuran berat daun. Mengetahui kuantitas tanaman dilakukan dengan cara pendugaan hasil panen tanaman perhektar. Pendugaan hasil panen perhektar dilakukan dengan cara ubinan yaitu dengan mengambil luas petek 1,5 m x 1,5 m pada jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 15 cm. Pendugaan hasil panen pada jarak 10 cm x 10 cm lebih besar dari pendugaan hasil panen pada jarak 15 cm x 15 cm, hal ini dikarenakan pada jarak tanam 10 cm x 10 cm popolasi tanaman lebih banyak dan tinggi tanaman juga lebih tinggi.
46
H. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada pengukuran kemanisan buah, bagian termanis adalah pada bagian ujung buah (tengah buah). 2. Pengukuran luas daun dengan menggunakan metode kertas millimeter blok lebih teliti dan akurat. 3. Pendugaan hasil panen menggunakan cara ubinan yaitu kegiatan pengukuran hasil panen tanaman pertanian dalam suatu lokasi atau luasan tertentu.
I.
Daftar Pustaka Anonim, 2013. Perbedaan/Definisi/pengertian Kualitas dan Kuantitas. http://nbcgeonair.blogspot.co.id/2013/04/perbedaandefinisipengertia nkualitas.html. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 22.30 WIB. Anonim, 2015. Petunjuk Praltikum Teknologi Budidaya Tanaman Prodi Agroteknologi.
47
Anonim. 2012. Metode Pengukuran Luas Daun http://staff.unila.ac.id /janter/2012/09/07/metode-pengukuran-luas-daun/ Diakses pada tanggal 20 November 2015 Pukul 13.10 WIB. Anonim.
2013. Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman http://www.petanihebat .com/2013/05/klasifikasi-dan-morfologitanaman_28.html. Diakses pada tanggal 20 November 2015 Pukul 13.45 WIB.
Sayogi,
A. 2015. Laporan Praktikum Budidaya Tanaman http://adiyasayogi.blogspot.co.id/2015/06/laporan-praktikumbudidaya-tanaman.html. Diakses pada tanggal 22 November 2015 Pukul 15.05 WIB.
Soemarno.2004.Panen Kangkung Organik http://mahiraratnayuhaaa .blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 22.00 WIB. Tjiptono, Fandi. 1996. Pemasaran Jasa, Malang: Banyumedia, Publishing. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 22.00 WIB. Wareing dan Cooper,1971. Laporan praktikum fisiologi. http://hafifahgo.blogspot.com. Diakses 22 November 2015. Pukul 15.30 WIB. Wikipedia, 2013. Kualitas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas. Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 22.30 WIB.
48
LAMPIRAN