EKOLOGI TUMBUHAN BERBASIS SINEKOLOGI DAN OUTEKOLOGI Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Lanjut Yang dibina oleh Dr.Ir.Fatchur Rohman, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si
Oleh: Kelompok 1 Kelas B 2017
1.
Nelda Anasthasia Serena
(170341864516)
2.
Riska Muliyana
(170341864528)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI Oktober 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik,hidayah, akal dan pertolonganNya sehingga penulisan makalah Ekologi lanjut yang berjudul “Ekologi Tumbuhan Berbasis Sinekologi dan Autekologi” dapat diselesaikan tepat waktu dengan segala keterbatasan serta kekurangan yang berada didalamnya. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan telah membawa manusia dari jaman kebodohan menuju dunia yang penuh dengan pengetahuan hasil pemikiran manusia seperti saat ini. Makalah ini diharapkan dapat membantu semua pembaca dan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada mahasiswa pascasarjana Pendidikan Biologi untuk mendapatkan pengetahuan tentang ekologi tumbuhan yang berbasis sinekologi dan autekologi. Penulis menyadari bahwa tulisan dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan tulisan ini sangat diharapkan dari para pembaca khusunya. Sekian, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Malang, 10 Oktober 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
3
2.1 Ekologi Secara Umum ...............................................................................
3
2.2 Ekologi Tumbuhan .....................................................................................
4
2.4 Ruang Lingkup Ekologi .............................................................................
5
2.5 Tingkatan Organisasi Makhluk Hidup .......................................................
6
2.5 Sejarah Perkembangan Ekologi .................................................................
7
2.6 Tingkat Integrasi dan Pendekatan Ekologi Tumbuhan ..............................
7
2.7 Analisis.......................................................................................................
11
BAB III PENUTUP ........................................................................................
16
A. Kesimpulan .................................................................................................
16
B. Saran ............................................................................................................
16
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................
17
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ........................................................................................................... 10
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ilustrasi dari tingkatan organisasi ekologi ................................... 6 Gambar 2.2. Spektrum Ekologi ........................................................................ 6 Gambar 2.3 Kaitan anatara Sinekologi dan autekologi .................................... 10
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dibekali dengan kelebihan akal dan pikiran. Mampukan dengan akal dan pikirannya, manusia melindungi, merawat dan mensejahterakan alam sekitarnya? Jawaban paling simpel dan mudah adalah mari kita lihat saja lingkungan yang ada disekitar kita. Manusia sebagai bagian dari alam semesta dan berbekal akal dan pikirannya saat ini sebagian telah menjadi monster bagi dirinya sendiri, makhluk lain dan lingkungannya. Kegiatan untuk mensejahterakan dirinya justru menjadi malapetaka. Penggunaan pestisida untuk meningkatkan hasil panen meninggalkan residu yang karsinogenik dan membunuh banyak mahluk hidup lain bukan sasaran, penebangan hutan, penggunaan unsur radioaktif, penggunaan bahanbahan kosmetik, pengharum, pembangunan industri, pembangunan perumahan dan lain-lain justru menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri. Pada saat ini dengan berbagai keperluan dan kepentingan, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Sebagai contoh ekologi diharapkan dapat memberi jawaban terhadap terjadinya tsunami, banjir, tanah longsor, DBD, pencemaran, efek rumah kaca, kerusakan hutan, dan lain-lain. Struktur ekosistem menurut Odum (1994), terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi, energi, dan faktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem. Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem, maka seseorang yang belajar ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang komprehensip berbagai ilmu
pengetahuan yang relevan dengan kehidupan seperti: taksonomi, morfologi, fisiologi, matematika, kimia, fisika, agama dan lain-lain. Belajar ekologi tidak hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis mempelajari organisme pada tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi dan komunitas. Menurut Zoer´aini (2003), Seseorang yang belajar ekologi sebenarnya mempertanyakan berbagai hal antara lain adalah: 1. Bagaimana alam bekerja. 2. Bagaimana species beradaptasi dalam habitatnya 3. Apa yang diperlukan organisme dari habitatnya untuk melangsungkan kehidupan 4. Bagaimana organisme mencukupi kebutuhan materi dan energi 5. Bagaimana interaksi antar species dalam lingkungan 6. Bagaimana individu-individu dalam species diatur dan berfungsi sebagai populasi 7. Bagaimana keindahan ekosistem tercipta Dari perpaduan harafiah dan berbagai kajian, maka ekologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbalbalik antar mahluk hidup dan juga antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Manusia sebagai mahluk hidup juga menjadi pembahasan dalam kajian ekologi. Ekologi menjadi jembatan antara ilmu alam dengan ilmu sosial. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut: 1. Bagaimana ekologi secara umum? 2. Bagaimana sinekologi pada ekologi tumbuhan? 3. Bagaimana autekologi pada ekologi tumbuhan? 4. Bagaimana perbedaan antara sinekologi dan autekologi? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ekologi secara umum 2. Untuk mengetahui sinekologi pada ekologi tumbuhan 3. Untuk mengetahui autekologi pada ekologi tumbuhan 4. Untuk mengetahui perbedaan sinekologi dan autekologi
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekologi Secara Umum Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu). Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam (Zoer´aini, 2003). Struktur ekosistem menurut Odum (1983), terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi, energi, dan faktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem. Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “ oekologie” yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu .Jadi ekologi berarti ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan habitatnya atau tempat hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan oraganisme. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme. Dari perpaduan harafiah dan berbagai kajian, maka ekologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbalbalik antar
3
mahluk hidup dan juga antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Manusia sebagai mahluk hidup juga menjadi pembahasan dalam kajian ekologi. Ekologi menjadi jembatan antara ilmu alam dengan ilmu sosial. Ekologi adalah kajian dari organisme hidup di tempat tinggalnya atau dalam habitatnya. Dalam perkembangannya, ekologi sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi atau IPTEK. Abad ke XX dikenal sebagai abad kemajuan dari IPTEK yang luar biasa dan telah memoengaruhi perubahanperubahan tata kehidupan di muka bumi ini. Kemajuan IPTEK terjadi pada bidang biologi, rahasia sel, DNA. Biokimia dan genetika sangat pesat perkembangannya dan dianggap merupakan revolusi dari biologi yang akan memberikan dampak bagi manusia kemudian (Surasana, 1998). Ekologi dapat dibagi menjadi autekologi dan sinekologi. Bila studi dilakukan untuk mengetahui hubungan jenis serangga dengan lingkungannya, kajian ini bersifat autekologi. Apabila studi dilakukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dimana serangga itu hidup maka pendekatannya bersifat sinekologi. 2.2 Ekologi Tumbuhan Ekologi tumbuhan mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tumbuhan sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Ekologi tumbuhan yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang terdapat antara tumbuhan dan lingkungannya serta antar kelompok tumbuhan (Schulze et al., 2005). Dalam hal ini penting disadari bahwa tumbuhan tidak terdapat sebagai individu atau kelompok individu yang terisolasi. Semua tumbuhan berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tumbuhan lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya. Dalam proses interaksi ini, tumbuhan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup tumbuhan. Ciri khas ekologi tumbuhan (plant ecology) adalah tumbuhan dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik (Schulze et al., 2005).
4
Kajian dalam ekologi dapat dikelompokan dalam 2 bidang kajian yang berhubungan dengan tumbuhan, hewan atau mikroba menurut Resosoedarm (1984), yaitu : 1. Sinekologi, sering disebut dengan ekologi komunitas, yaitu kajian ekologi yang mempelajari komunitas makhluk hidup sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi antara berbagai jenis makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. 2. Autoekologi, adalah kajian ekologi yang hanya mempelajari satu jenis makhluk hidup atau populasi saja, yang berinteraksi sesama jenis dan lingkungannya. terutama dalam hubungannya dengan sejarah kehidupannya atau “ Fenoya “ dan dinamakan ekologi populasi. 2.3 Ruang Lingkup Ekologi Ekologi merupakan bagian kecil dari Biologi. Yang termasuk dalam ruang lingkup biologi ialah organisme, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfir. Jika kita perhatikan bahasan dalam mempelajari ekologi ternyata masing-masing ilmu yang membahas suatu individu/grup tidak terlepas dari membahas masalah ekologi. Dari penjelasan ini dapat dilihat ternyata ekologi merupakan ilmu yang cakupannya amat luas (Schulze et al., 2005) . Bagaimana reaksi dari organisme atau individu atau kelompok individu terhadap lingkungan atau sebaliknya juga dipelajari dalam ekologi. Organisme dalam pengertian biologi ialah makhluk secara individu atau sesuatu kesatuan organ yang mempunyai tanda-tanda dan aktifitas kehidupan. Organisme dalam biologi sering disebut sebagai individu. Populasi ialah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat berbiak silang sedangkan komunitas ialah kumpulan dari beberapa populasi yang hidup disuatu areal tertentu. Sebagai contoh ialah, komunitas kolam, padang pasir, dan sebagainya. Ekosistem atau sistem ekologi ialah satu unit tunggal dari komuniti tumbuhan dan hewan bersama-sama dengan semua interaksi faktorfaktor fisik dari lingkungan yang ada di dalamnya. Biosfer ialah satu bagian di alam dimana suatu ekosistem beroperasi. Dengan kata lain planet dalam bumi kita ini adalah biosfir. Biosfir merupakan organisasi hayati yang paling kompleks (Hadi, 2011).
5
Secara sederhana ekosistem adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat interaksi antara faktor- faktor biotik dan abiotik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini
. Gambar 2.1. Ilustrasi dari tingkatan organisasi ekologi
2.4 Tingkatan Organisasi Makhluk Hidup Organisme memiliki tingkat organisasi dari yang paling sederhana sampai ke tingkat yang kompleksitasnya tinggi. Jika tingkatan ini kita deretkan dari tingkat sederhana sampai pada tingkat kompleks secara vertikal dapat dilihat pada Gambar 2. Melalui spektrum biologi ini dapat dilihat perbedaan fokus bahasan antara biologi dengan ekologi tanaman. Pokok bahasan biologi dimulai dari intisel dan berakhir pada sistem organ, sedangkan bahasan ekologi tanaman dimulai dari organisme sampai ke biosfir (Hanum, 2009)
Gambar 2.2. Spektrum Ekologi
6
2.5 Sejarah Perkembangan Ekologi Ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya Ernst Haeckel (1866), diperluas menjadi: kajian mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Para ahli geografi tumbuhan seperti Humboldt, de Condolle, Engler, Gray dan Kerner, dianggap sebagai pemula dan mengarah pada kajian ekologi yang bersifat modern. Gerakan-gerakan mengenai konservasi mulai dibentuk pada tahun 1930-an (Surana, 1995). Pada tahun 1970-an tumbuh kesadaran akan lingkungan, menyebabkan munculnya revolusi ekologi. 1. Tahun 1305, Petrus de Crescetius sudah menulis suatu karangan mengenai adanya sifat persaingan hidup dalam tumbuhan. 2. Tahun 1685, King merupakan orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam komunitas tumbuhan. 3. Tahun 1891 Warming, mulai pula menguraikan tentang proses suksesi tumbuhan yang terjadi di bukit pasir sepanjang pantai Denmark. Pelopor dalam mengembangkan kajian ekologi tumbuhan: 4. Clements, sejak tahun 1905 sedah menulis buku teks ekologi yang menerangkan tentang metoda pengukuran dan pemasangan kuadrat dalam kajian ekologi lapangan. 5. Cowles, terpengaruh oleh karya Warming mengadakan kajian dan menulis tentang suksesi tumbuhan di bukit sepanjang pesisir danau Michigan, bahkan menguraikan pula peranan iklim, fisiografi dan biota lainnya dalam suksesi ini. Seri bukunya telah dimulai sejak 1899. 6.
Dalam buku yang berjudul ”The British Isles and Their Vegetation”, Tansley menyumbangkan karya ilmiah klasiknya yang tidak tertandingi sampai sekarang.
2.6 Tingkat Integrasi dan Pendekatan Ekologi Tumbuhan Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas. Masing-masing tingkatan bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan
7
operasionalnya. Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. 2.6.1 Sinekologi Menurut Resosoedarmo (1984), sinekologi sering disebut dengan ekologi komunitas, yaitu kajian ekologi yang mempelajari komunitas makhluk hidup sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi antara berbagai jenis makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya. Berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Kajian utama dalam sinekologi adalah: 1. Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan 2. Bidang kajian tentang analisis ekosistem Sinekologi adalah tingkatan lebih besar dalam ekologi tumbuhan, perluasan populasi berdasarkan perbanyakan dan persebaran. Sinekologi tidak melihat individu sevara sendiri, melainkan perilaku populasi baik secara spasial maupun temporal, terdiri dari pertumbuhan populasi, homeostasis. Umumnya, vegetasi alami terdiri dari keanekaragaman spesies yang memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam sinekologi, spektrum yang luas dari respon di
8
tingkat selular dan seluruh tanaman tergantikan oleh keanekaragaman yang besar pada spesies (350.000 spesies tanaman vaskular) yang menentukan komposisi proporsi yang berbeda pada vegetasi permukaan bumi. Beberapa hal yang menjadi pokok bahasan dalam sinekologi menurut Hadi (2011) adalah: 1. Interaksi antara tanaman dan lingkungannya 2. Interaksi antara tanaman dengan hewan 3. Interaksi antar tanaman 2.6.2 Autekologi Autekologi adalah ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya. Falsafah yang mendasari autekologi adalah dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements (1939) menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Dari segi autekologi, maka bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi
9
terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi tumbuhan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting (Hadi, 2011). Perbedaan dari kedua bidang kajian ini adalah: Tabel 1. Perbedaan pendekatan Autekologi dengan pendekatan Sinekologi
Sinekologi Bersifat filosofis Deduktif Deskriptif (umumnya) Sulit dengan pendekatan rancangan percobaan atau eksperimental design
Autekologi Bersifat eksperimental Induktif Kuantitatif Dapat dilakukan berdasar rancangan percobaan atau eksperimental design
Diagram kaitan antara Sinekologi dan Autekologi
Gambar 2.3 Kaitan anatara Sinekologi dan autekologi
Autekologi memperhatikan kondisi dan tanggapan individu spesies tanaman dalam habitat mereka. Selama evolusi, tumbuhan telah menempati setiap habitat terestrial dengan kondisi mulai dari iklim tropis, es abadi, padang rumput, padang gurun dan tempat dengan salinitas tinggi dimana kandungan nutrisinya yang sangat rendah. Kondisi lingkungan yang berbeda ini mengharuskan tanaman untuk beradaptasi. Subyek dari autekologi adalah hasil dari proses tersebut, yaitu untuk menemukan ciri yang memungkinkan individu tanaman untuk berkembang di bawah kondisi tertentu. Tanggapan yang mungkin terhadap lingkungan adalah reaksi biokimia sampai dengan perubahan morfologi. Tanaman terdiri dari berbagai macam bentuk, dari tumbuhan raksasa yang berusia ratusan tahun di
10
hutan hujan tropis dengan siklus hidup yang dimulai dari perkecambahan untuk pembentukan biji dalam hitungan abad, sampai pada spesies tahunan di daerah kering yang membentuk biji hanya dalam waktu beberapa hari. Ciri yang dimilki oleh tanaman untuk menanggapi keadaan lingkungan adalah pada struktur dan fisiologi. Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi tanaman, memperhatikan reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun, kedalaman akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan akar, regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman menyajikan hubungan antara stres fisiologi dengan kondisi lingkungan. Keseluruhan ekologi tanaman dapat dibagi dalam beberapa cara. Individu tanaman akan mengatur berbagai komponen dan menjaga keseimbangan mereka, antara lain: 1. Keseimbangan suhu, suhu yang diperlukan tidak berlebihan 2. Keseimbangan air, kondisi aktif dimungkinkan jika sel dalam kondisi air yang cukup 3. Keseimbangan nutrisi, pertumbuhan akan terjadi hanya dengan adanya elemen esensial dalam nutrisi 4. Keseimbangan karbon, diperlukan untuk mensuplai organ yang ada untuk pertumbuhan dan reproduksi. 2.7 Analisis 2.7.1 Manfaat Ekologi Tumbuhan Ada beberapa manfaat dari Ekologi Tumbuhan, yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui lingkungan tumbuh tanaman yang sesuai dengan spesifikasi tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimum 2. Membangun agroekosistem lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman dalam aktivitas budidaya yang akan dilakukan 3. Mampu mengatasi berbagai berbagai permasalahan lingkungan seperti lahan kritis dan memutuskan anaman apa yang tepat untuk membuat lahan tersebut menjadi subur kembali 4. Memahami bahwa lingkungan akan memepngaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada sebuah kawasan. Hal ini berdampak pada
11
penjadwalan dan teknik budidaya
yang digunakan. Kebijakan mengnai
pemeliharaan lingkungan di satu sisi dan peningkatan produksi di sisi lain. 5. Mempelajari ekologi tanaman juga bisa menekan penggunaan bahan kimia dalam kegiatan budidaya pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencegah degradasi lingkungan. 2.7.2 Alasan Mengkaji Ekologi Tumbuhan Berbasis Pendekatan Sinekologi dan Autekologi Alasan mengkaji ekologi tumbuhan berbasis sinekologi dan autekologi adalah untuk membuktikan adanya interaksi-interaksis di dalam lingkungan. Interaksi tersebut yaitu: 1. Interaksi antara tanaman dan lingkungannya 2. Interaksi antara tanaman dengan hewan 3. Interaksi antar tanaman Selain itu, kita dapat mengambil manfaat mempelajari ekologi tumbuhan, yaitu sebagai berikut: 1. Dari segi autekologi, maka bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. 2. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. 2.7.3
Contoh Aplikasi Ekologi Tumbuhan Berbasis Pendekatan Sinekologi dan Autekologi (Ringkasan Artikel Penelitian)
1. Autekologi purnajiwa (Euchresta horsfieldii (lesch.) benn. (fabaceae) disebagian kawasan hutan bukit tapak cagar alam batukahu bali. Sutomo,
Sutomo
&
Mukaromah,
Laily.
(2010).
AUTEKOLOGI
PURNAJIWA (EUCHRESTA HORSFIELDII (LESCH.) BENN.
12
(FABACEAE) DI SEBAGIAN KAWASAN HUTAN BUKIT TAPAK CAGAR
ALAM
BATUKAHU
BALI.
Jurnal
Biologi.
14.
https://idoc-pub.futbolgratis.org/publication/277120930_AUTEKOLOGI _PURNAJIWA_EUCHRESTA_HORSFIELDII_LESCH_BENN_FA BACEAE_DI_SEBAGIAN_KAWASAN_HUTAN_BUKIT_TAPAK_ CAGAR_ALAM_BATUKAHU_BALI. (Online). Dikases pada 10 Oktober 2017 Purnajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn) adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang hidup di daerah pegunungan dan cukup dikenal oleh masyarakat Bali. Cagar Alam Batukahu adalah salah satu habitat Purnajiwa yang masih tersisa. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi Purnajiwa di habitat alaminya. Pengambilan jenis ini di alam yang berlebihan tanpa diimbangi upaya konservasi dan budidaya yang memadai mulai mengancam keberadaan populasinya di alam. Penelitian dilakukan pada Bulan November 2006 di awal musim penghujan di kawasan Hutan Bukit Tapak, Cagar Alam Batukahu tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Metode pengambilan data secara purposive sampling dengan menjelajahi kawasan untuk mencari populasi purnajiwa. Data-data yang diambil berupa jumlah individu purnajiwa, jumlah yang sedang berbunga dan berbuah, kondisi vegetasi tumbuhan bawah berupa anakan pohon, perdu maupun herba serta diamati juga beberapa faktor lingkungan seperti pH tanah, ketinggian tempat, kemiringan lahan, ketebalan seresah dan intensitas penyinaran (Loewen et al., 2001). Purnajiwa ditemukan pada tempat yang ternaungi diantaranya adalah di bawah pohon Laportea sp., Ficus sp., Syzygium zollingerianum, dan Sauraria sp. Dengan
intensitas
penyinaran
antara
55-65%.
Tumbuh
pada
kemiringan tanah antara 20-55 % serta ketebalan seresah 3-7 cm dengan pH tanah berkisar antara 6,7- 6,8. Sebanyak 16 jenis tumbuhan bawah hidup bersama purnajiwa diantaranya yang cukup dominan adalah Diplazium proliferum (INP = 54,6) dan Oplismenus compositus L. (INP = 40). Populasi purnajiwa di sebagian kawasan hutan Bukit Tapak secara umum masih cukup
13
baik, namun intensitas masyarakat memasuki kawasan hutan ini harus menjadi perhatian
apabila
menghendaki
kelestarian
biodiversitas
tumbuhan
pegunungan, termasuk jenis purnajiwa ini. Kegiatan konservasi exsitu disarankan menjadi salah satu alternatif solusi untuk menyelamatkan populasi purnajiwa. Review: Penelitian ini merupakan contoh laporan ilmiah tentang autekologi, Karena penelitian ini mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi dengan 1ingkungannya yakni mempelajari hubungan tumbuhan Purnajiwa dengan lingkungan habitatnya. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan berbagai faktor yang telah dijadikan sampel pengukur, diantaranya pH tanah, ketinggian tempat, kemiringan lahan serta intensitas penyinarannya. Sehingga pelestariannya pun dapat dilakukan dengan mencocokkan beberapa kondisi lingkungan dari habitatnya. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh bahwa purnajiwa ditemukan pada tempat-tempat dengan nilai kelerengan yang besar atau cukup curam di dalam hutan dan populasi purnajiwa lebih banyak terdapat pada lantai hutan dengan intensitas penyinaran yang moderat yaitu sekitar 50%. Tiap spesies memiliki apa yg disebut ‘ecologic individuality’ atau kebutuhan relung hidup yang spesifik dapat diduga bahwa tiap detil perubahan dalam komposisi spesies atau vegetasi dari suatu tempat ke tempat lainnya kemungkinan menunjukkan adanya beberapa perbedaan faktor-faktor lingkungan. 2. Produksi Serasah Hutan Mangrove Di Perairan Pantai Teluksepi, Lombok Barat Litterfall Production Of Mangrove Forest In The Beach Waters Of Sepi Bay, West Lombok. Sumber:http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0904/ D090409 YuliadiMangrovexxxa.pdf Review Penelitian
ini
merupakan
penelitian
berbasis
sinekologi.
Dimana Sinekologi adalah ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Dimana penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi vegetasi yang menyusun hutan mangrove Teluk Sepi. Dan
14
Penelitian utama dilakukan untuk mengukur jumlah serasah yang dihasilkan hutan mangrove Teluk Sepi. Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan di hutan mangrove Teluk Sepi diperoleh 3 famili yang meliputi 5 genus dan 8 spesies tumbuhan mangrove, terdiri dari Rhizophora apiculata Blume, R. mucronata, R. stylosa Griff, Ceriops tagal, C. decandra, Brugueria sp., Sonneratia alba J. Sm., dan Aegiceras corniculatum. Hutan mangrove Teluk Sepi di dominasi oleh R. mucronata dan R. Apiculata. Hasil perhitungan guguran serasah hutan mangrove Teluk Sepi selama penelitian. Diketahui bahwa produksi serasah di Teluk Sepi sebesar 9,9 ton/ha/tahun dengan kontribusi R. mucronata terbesar (5,41 ton/ha/tahun atau 54,7%), diikuti oleh R. Apiculata (1,8 ton/ha/tahun atau 18,2%), S. alba (1,75 ton/ha/tahun
atau
17,6%), R.
stylosa (0,92
dan Aegiceras sp. (0,02 ton/ha/tahun atau 0,2%).
15
ton/ha/tahun
atau
9,3%)
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 1. Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu 2. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu 3. Autekologi adalah ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya 4. Perbedaan antara Autekologi dengan Sinekologi yaitu sebagai berikut: Sinekologi
Autekologi
Bersifat filosofis
Bersifat eksperimental
Deduktif
Induktif
Deskriptif (umumnya)
Kuantitatif
Sulit dengan pendekatan
Dapat dilakukan berdasar
rancangan percobaan atau
rancangan percobaan atau
eksperimental design
eksperimental design
3.2 Saran Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang pentingnya mempelajari sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan. Sehingga, Para pendidik dan peserta didik mampu mengetahui tentang hakekat ekologi tumbuhan secara diskriptif, prospektif, dan berwawasan global.
16
DAFTAR RUJUKAN
Clements, F. E., & Shelford, V. E. 1939. Bio-ecology. New York: John Wiley & Sons. Hadi, Nur Rohman. 2011. http://edubiology.blogspot.com/2011/05/ekologitumbuhan-berbasis-pendekatan.html. Diakses 10 Oktober 2017.
Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press. Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi . Penerbit UGM Press : Yogyakarta Resosoedarmo, S. R. 1990. Pengantar Ekologi. Penerbit PT.Remaja Rosdakarya : Bandung Schulze, Ernst Detlef., Beck, Erwin., Hohenstein, Klaus Muller. 2002. Plant Ecology. Heidelerg: Springer Surasana, Eden. 1998. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA ITB Sutomo, S. & Mukaromah, L. 2010. Autekologi Purnajiwa (Euchresta Horsfieldii (Lesch.) Benn. (Fabaceae) Di Sebagian Kawasan Hutan Bukit Tapak Cagar Alam Batukahu Bali. Jurnal Biologi. 14. https://idoc-pub.futbolgratis.org/publicatioun/277120930_AUTEKOLOGI_P URNAJIWA_EUCHRESTA_HORSFIELDII_LESCH_BENN_FABACE AE_DI_SEBAGIAN_KAWASAN_HUTAN_BUKIT_TAPAK_CAGAR _ALAM_BATUKAHU_BALI. (Online). Dikases pada 10 Oktober 2017 Zoer´aini, D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
17