STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
4.1
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1.1
Kondisi Geografis
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur, berada pada posisi 7°40’ - 8°10’ Lintang Selatan dan 111°50’ 113°30’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.696,16 Km², termasuk didalamnya kawasan Pulau Giliketapang dengan luas wilayah 0,6 Km². Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan, dan Gunung Argopuro. Wilayah Kabupaten Probolinggo terletak pada ketinggian 0 - 2500 m diatas permukaan laut, tanahnya berupa tanah vulkanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi berupa pasir dan batu, lumpur bercampur dengan tanah liat yang berwarna kelabu kekuning-kuningan. Pada ketinggian 750 - 2500 m diatas permukaan laut, cocok untuk jenis tanaman sayur-sayuran dan pada ketinggian 150 - 750 m diatas permukaan laut, yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang berada di kaki Gunung Argopuro, sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan seperti, durian, alpukat dan buah lainnya, contoh di Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil. 4.1.2
Batas istrasi Wilayah Kabupaten Probolinggo Luas wilayah Kabupaten Probolinggo lebih kurang 1.696,16 km², terdiri atas: Pemukiman
:
147,74 km²;
Persawahan
:
373,13 km²;
Tegal
:
513,80 km²;
Perkebunan
:
32,81 km²;
Hutan
:
426,46 km²;
Tambak/Kolam
:
13,99 km²;
Lain-lain
:
188,23 km²
Letak geografis Kabupaten Probolinggo berbatasan dengan :
GAMBARAN UMUM
IV - 1
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
Utara
:
Selat Madura,
Timur
:
Kabupaten Situbondo,
Barat
:
Kabupaten Pasuruan, dan
Selatan
:
Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember.
LAPORAN AKHIR
Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat wilayah sitratif yang terpisah dengan kabupaten yaitu Kota Probolinggo. Berikut adalah peta istrasi Kabupaten Probolinggo.
GAMBARAN UMUM
IV - 2
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Gambar 4. 1 Peta istrasi Kabupaten Probolinggo
GAMBARAN UMUM
IV - 3
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
4.1.3
LAPORAN AKHIR
Topografi Secara
topografis,
Kabupaten
Probolinggo
mempunyai
ciri
fisik
yang
menggambarkan kondisi geografis, yaitu terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Sedangkan bentuk permukaan daratan di Kabupaten Probolinggo di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu : a)
Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan.
b)
Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 m diatas permukaan laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur sekitar Gunung Lamongan.
c)
Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar Gunung Argopuro.
4.1.4
Hidrologi Terdapat 25 sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo.
Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 Km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 Km saja. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun.Pada saat musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami kekeringan kecuali sungai-sungai besar (yaitu sungai-sungai utama) yang masih tergenang terus sepanjang tahun. Tabel 4. 1 Kondisi Sungai di Kabupaten Probolinggo No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Sungai Rondoningo Pandan Laras Kertosono Kandang Jati Besuk Jabung Pancarlagas Legundi Paiton Kresek Taman Curah Manjangan Klumprit Lumbang/Bayeman Blibis
Panjang (km) 95,2 43,5 39,7 8,0 13,2 20,5 85,7 12,5 18,0 24,5 24,1 5,0 12,5 17,5 20,0
Lebar (m) 26 26 25 8 8 8 50 6 20 25 12 9 12 13 15
Debit Air (Minimum) ± 200 ± 1.300 ± 100 ± 100 ± 100-200 ± 300 ± 200 ± 100 ± 100 ± 5-10 ± 50 ± 50 ± 75 -
Baku Lahan (Ha) 3.357 2.847 570 507 173 465 3.303 454 786 240 34 53 125 -
GAMBARAN UMUM
IV - 4
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
No. 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Sungai
Panjang (km)
Blabo Besi Patalan Kedung galeng Banyubiru Gending Klaseman Pekalen Afour Bujel Lawean
10,0 15,5 22,5 38,0 11,0 20,0 11,0 35,1 2,0 16,7
Lebar (m) 10 15 18 35 18 20 15 35 5 25
Debit Air (Minimum) ± 50 ± 5-10 ± 50 ± 100 ± 300 ± 300 ± 100-200 ± 3.300 ± 200
LAPORAN AKHIR
Baku Lahan (Ha) 213 183 72 564 697 6.983 369
Sumber: Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo, 2015
Pada wilayah Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung dan Ranu Petak (Taman Hidup).Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3 - 30 m. Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, sedangkan kedalaman sumur bor yang merupakan air tanah dalam berkisar 40 - 200 m. Sumur bor yang sudah ada mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan. Ditinjau dari sisi kedalaman air tanah, 62,56% dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17% kedalaman air tanahnya antara 60 – 90 m; dan selebihnya 26,27% mempunyai kedalaman air tanah < 60 m. 4.1.5
Klimatologi Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis khatulistiwa
menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.Musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret.Diantara dua musim tersebut terdapat musim pancaroba, dimana biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang cukup kencang yang biasa disebut Angin Gending.
GAMBARAN UMUM
IV - 5
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
4.1.6
LAPORAN AKHIR
Kondisi Penggunaan Lahan
A. Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.Klasifikasi kawasan budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan, dengan berbagai jenis peruntukan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4. 2 Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Probolinggo No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Peruntukan Hutan Tegal Sawah Perkampungan/Permukiman Perkebunan (Swasta/Rakyat) Tanah Rusak/Padang Rumput Tambak Kebun Campur Industri Hutan Rakyat Danau/Rawa Lain-Lain Jumlah
Luas (Ha) 55.796,68 52.801,95 38.509,00 12.509,04 2.009,30 2.413,96 1.320,06 1.186,57 866,56 625,32 138,00 1.045,36 169.616,80
Persentase (%) 32,89 31,13 22,70 7,60 1,18 1,42 0,77 0,69 0,51 0,37 0,08 0,66 100,00
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Probolinggo, 2015
Dari Tabel di atas terlihat bahwa peruntukan lahan di Kabupaten Probolinggo didominasi oleh hutan (32,89%), tegalan (31,13%), serta persawahan (22,70%). Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan terbangunnya hanya meliputi 7,60% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010, rencana peruntukan kawasan budidaya yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4. 3 Peruntukan Kawasan Budidaya Kabupaten Probolinggo No. Peruntukan 1 Kawasan Hutan Produksi 2 Kawasan Pertanian & Peternakan 3 Kawasan Perkebunan 4 Kawasan Perikanan 5 Kawasan Pariwisata 6 Kawasan Permukiman 7 Kawasan Perindustrian 8 Kawasan Pertambangan 9 Kawasan Khusus Luas Kawasan Budidaya Luas Kabupaten Probolinggo
Luas (Ha) 28.829,10 40.081,07 38.649,00 3.227,00 1.700,00 18.248,00 3.272,00 10,00 1.550,00 135.566,17 169.616,80
Persentase (%) 17,00 23,63 22,79 1,90 1,00 10,76 1,93 0,01 0,91 79,93 100,00
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Probolinggo, 2015
GAMBARAN UMUM
IV - 6
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
4.1.7
LAPORAN AKHIR
Lingkungan Hidup Pembangunan bidang lingkungan hidup diarahkan untuk meningkatkan
pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan. Untuk mewujudkan arah pembangunan bidang lingkungan hidup tersebut ditetapkan strategi dan prioritas pembangunan bidang lingkungan hidup, yaitu pengendalian dan pemulihan pencemaran udara, tanah, air pada daerah yang memiliki industri besar, sedang, kecil dari hulu hingga hilir. Pembangunan yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Probolinggo masih sering mengutamakan pencapaian tujuan jangka pendek dan kurang mempertimbangkan keberlanjutannya dan adanya daya dukung lingkungan. Keinginan
untuk
memperoleh
keuntungan
ekonomi
jangka
pendek
seringkali
menimbulkan eksploitasi sumber daya alam (SDA) secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas SDA dan lingkungan hidup termasuk terjadinya konflik pemanfaatan ruang untuk berbagai peruntukannya. Penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah (1) pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum menggunakan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; (2) pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten, dan (3) belum adanya kesepahaman serta komitmen antar pelaku pembangunan dalam pengelolaan tata ruang. Pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pedesaan kabupaten Probolinggo yang diarahkan melalui lima macam pengembangan, yaitu (1) pengembangan agropolitan terutama bagi kawasan yang berbasis pertanian; (2) peningkatan kapasitas SDM di pedesaan
khususnya
dalam
pengelolaan
dan
pemanfaatan
sumberdaya;
(3)
pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan pedesaan dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial, dan ekonomi yang komplementer serta saling menguntungkan; (4) peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja dan teknologi serta (5) pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya, sehingga kawasan pedesaan tidak sematamata mengandalkan sumberdaya alamnya saja. Permasalahan yang dihadapi dari sektor lingkungan hidup, antara lain (1) terbatasnya SDM aparatur yang berkualifikasi lingkungan hidup; (2) adanya instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang belum dapat diterapkan secara menyeluruh; (3) masih rendahnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup; (4) belum optimalnya peran organisasi lingkungan hidup; (5) terjadinya fenomena pembangunan oleh masyarakat yang tidak serasi dengan rencana
GAMBARAN UMUM
IV - 7
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
tata ruang, dan (6) masih adanya pelanggaran di bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya dibedakan menjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup, antara lain (1) aktifitas pembuangan air limbah industri di Kabupaten Probolinggo telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun demikian pada beberapa industri (pada saat tertentu) kualitas air limbahnya untuk beberapa parameter masih diatas ambang baku mutu; (2) aktivitas pembuangan air limbah dan sampah domestik ke sungai. Sedangkan penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup, antara lain (1) penebangan mangrove secara liar; (2) perusakan mangrove oleh pada pencari cacing rofus; (3) aktivitas penambangan Bahan Galian Golongan C yang tidak berwawasan lingkungan; (4) aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan jaring pukat harimau yang menyebabkan kerusakan terumbu karang; (5) aktivitas pengangkutan batu bara PLTU yang menimbulkan ceceran di pantai secara akumulatif berpotensi mengganggu kehidupan terumbu karang; (6) aktivitas produksi biomasa tanaman semusim pada lahan dengan kelerengan > 45 % tanpa diikuti usaha konservasi lahan (terasering). Berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, Kabupaten Probolinggo terpisah menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan budidaya, kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Terdapat juga satu kawasan yang disebut dengan kawasan khusus, yaitu kawasan PLTU Paiton, kawasan Pulau Gili Ketapang dan kawasan hortikultura (mangga estate). Luas kawasan khusus ini adalah 1.550,00 Ha atau 0,91 % dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo. A. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan dengan jenis peruntukan Tegal (513,80 Km²), Hutan (426,46 Km²), serta Persawahan (373,13 Km²). Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan terbangun hanya meliputi 147,74
Km² dari seluruh luas lahan. Pengaturan zoning
kawasan budidaya diarahkan untuk mengendalikan perkembangan pemanfaatan ruang yang cenderung dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan sekitar. Pengaturan zoning kawasan budidaya ini mencakup pengembangan lokasi/kawasan industri, kawasan pertanian, kawasan pariwisata, kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan. Arah pengembangan perindustrian direncanakan menyebar. Pengendalian untuk kawasan ini
GAMBARAN UMUM
IV - 8
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
dilakukan secara ketat agar tidak menimbulkan masalah lingkungan (pencemaran). Pengembangan untuk kawasan ini hanya diizinkan untuk kegiatan penunjang industri. Antara industri dan kegiatan penunjang diberi jalur hijau yang berfungsi sebagai pemisah (barrier) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum sebesar 40 % dari tanah yang dimiliki. Pengaturan zoning kawasan pertanian yang terdiri pertanian basah dan pertanian kering adalah (1) untuk sawah pertanian basah perubahan tidak boleh melebihi 50 % dari tanah yang ada di setiap kecamatan; (2) untuk pertanian kering peralihan diijinkan untuk kegiatan yang memberi nilai ekonomis tinggi dan tidak menimbulkan pencemaran, dan (3) untuk perkebunan peralihan fungsinya diizinkan maksimum 5 % dari luas wilayah perkebunan yang ada. Pengaturan zoning kawasan pariwisata pada wilayah kecamatan perlu dilakukan untuk meningkatan kualitas kondisi dan keindahan wisata tanpa merubah fungsi kawasan. Sementara itu pengaturan zoning kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dikembangkan sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu konsep fleksibel zoning bagi kawasan yang rawan perubahan dan mempunyai fungsi yang sangat penting, sedangkan pada kawasan lainnya menggunakan konsep fixed zoning. B. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Salah satu kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan kawasan ini bertujuan untuk melestarikan dan melindungi lingkungan, biota, ekosistem, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian alam, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata. Kegiatan ini tetap harus dipertahankan berdasarkan pada konsepsi menjaga kawasan suaka alam, termasuk kawasan suaka alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pengaturan zoning kawasan lindung dikendalikan secara ketat sesuai dengan kondisi dan penambahan fungsi kawasan tersebut antara lain (1) kawasan suaka alam dan pelestarian tidak ada perubahan fungsi, sedangkan luas kawasan serta kegiatan tambahan
GAMBARAN UMUM
IV - 9
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
berupa bangunan hanya diizinkan untuk menunjang pariwisata; (2) kawasan hutan lindung mutlak tidak diizinkan adanya perubahan fungsi kawasan selain hanya untuk kawasan lindung; (3) kawasan lindung yang terdapat kawasan terbangun penunjang pariwisata yang memiliki kelerengan tanah tinggi dibatasi pengembangannya, kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam, dan (4) kondisi pemanfaatan ruang di sepanjang daerah aliran sungai pada sebagian kawasan telah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman atau pemanfaatan bahan galian pasir. Untuk melindungi kawasan ini, maka kawasan yang belum digunakan sebagai kawasan budidaya harus tetap dipertahankan dan tidak boleh terjadi perubahan fungsi. Masalah yang timbul di dalam kawasan hutan lindung yang terbentang di sepanjang aliran sungai adalah adanya perambahan hutan, pemanfaatan hutan lindung menjadi tanah pertanian dan atau pemukiman dan penambangan liar bahan galian pasir. Pelestarian lingkungan hidup melalui pengaturan kawasan, terutama untuk kawasan lindung dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan kelestarian alam, pengendalian dan pencemaran udara, tanah, dan air. Pengendalian tersebut perlu terus menerus dipantau, agar kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Probolinggo terjaga. C. Kawasan Rawan Bencana Penetapan kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia itu sendiri. Bencana yang dimaksudkan berupa tanah longsor, termasuk didalamnya adalah wilayah rentan yaitu daerah-daerah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah gundul di kawasan hutan lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 40 %. Kawasan rawan bencana lainnya meliputi kawasan rawan gerakan tanah, rawan letusan gunung berapi, rawan gempa bumi dan rawan angin topan. Kawasan rawan bencana erosi pada umumnya terdapat di bagian wilayah Selatan yang merupakan daerah dataran tinggi. Berdasarkan sumber yang berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten Probolinggo, bahwa daerah yang memiliki tingkat kemiringan tanah lebih dari 40 % cukup tinggi, yaitu seluas 35 % dari seluruh luas daerah Kabupaten Probolinggo. Masalah yang bisa timbul untuk kawasan rawan bencana adalah adanya ancaman erosi untuk 40 % luas daerah Kabupaten Probolinggo yang dapat menurunkan produktifitas hasil produksi wilayah tersebut.
GAMBARAN UMUM
IV - 10
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
4.1.8
LAPORAN AKHIR
Kondisi Infrastruktur Sistem transportasi di Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan didominasi oleh
transportasi darat, dengan sarana dan prasarana yang telah menjangkau hampir seluruh wilayah kecamatan. Transportasi laut yang ada melayani hubungan antara Probolinggo dengan Pulau Gili Ketapang, serta adanya pelabuhan khusus yaitu pelabuhan PLTU Paiton yang melayani bongkar muat kebutuhan bahan bakar (batu bara) PLTU. Di kawasan Sikasur (sekiar G. Argopuro) terdapat bekas lapangan udara dengan panjang landasan pacu ±1.100 M, yang kondisinya saat ini ditumbuhi semak belukar. Dalam pengembangannya sampai saat ini, prasarana transportasi darat telah ditingkatkan antara lain dengan, pembangunan dan perbaikan jalan yang ada, maupun pembangunan-pembangunan jembatan yang dapat meningkatkan perekonomian. Dalam rangka pembangunan daerah, maka terhadap aspek sistem jaringan jalan dan sistem pengangkutan akan menentukan arah pengembangan tata ruang Kabupaten Probolinggo. A. Jalan Raya Jalan merupakan salah satu prasarana yang penting bukan hanya untuk memperlancar mobilitas penduduk melainkan juga untuk memperlancar perekonomian suatu daerah Berdasarkan sebaran desa kota, kota-kota yang berada di pantai utara Pulau Jawa relatif lebih berkembang secara merata dan terintegrasi penyebaranya apabila dibandingkan dengan kota-kota yang ada di pantai selatan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya kondisi geografis yang strategis dan dilalui oleh jalur perdagangan dunia, faktor historis akibat pembangunan pelabuhan untuk kepentingan perdagangan nasional dan internasional oleh pemerintah kolonial. Kota-kota di Propinsi Jawa Timur mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut terlihat dari sebaran desa-desa intermediate yang mendominasi hampir seluruh bagian propinsi. Bertambah besarnya jumlah penduduk dan luas perkotaan ini terutama terjadi pada perkotaan di wilayah barat dan utara. Aglomerasi kota di Propinsi Jawa Timur terjadi di sepanjang koridor Gresik – Surabaya – Bangkalan – Mojokerto – Sidoarjo – Pasuruan – Probolinggo – Bondowoso. Prasarana jalan ada di Kabupaten Probolinggo kondisinya cukup baik, sehingga mampu menunjang kegiatan perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat dari teraturnya jaringan jalan yang menghubungkan dalam pusat-pusat kegiatan maupun antar pusatpusat kegiatan tersebut.
GAMBARAN UMUM
IV - 11
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
1) Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer adalan jalan yang terdiri dari satu ruas jalan yaitu jalan utama atau jalan arteri yang menghubungkan Kota Surabaya – Kabupaten Banyuwangi). Untuk ke depan depan juga akan direncanakan jalan lingkar agar tidak melewati pusat kota. Hal ini akan membantu perkembangan Kabupaten Probolinggo dengan maksimal. 2) Jalan Kolektor Primer Jalan koletor primer berfungsi untuk menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Ruas jalan yang mempunyai fungsi kolektor primer adalah : Ruas jalan leces dan tegalswalan (jenjang ke II) – Bantaran (jenjang ke IV) – Kurisan (jenjang IV) – Sumber (Janjang IV). Fungsi jalan kolektor primer ini untuk membuka isolasi wilayah Selatan Kabupaten Probolinggo. Ruas jalan Tongas (jenjang ke II) – Sukapura (jenjang IV) Ruas jalan Tongas (jenjang I)–Dringu (jenjang I)–Pajarakan (jenjang I) – Kraksaan (jenjang I) – Paiton (jenjang I) 3) Jalan Lokal Primer Jalan lokal primer berfungsi menghubungkan kota jenjang I dengan persil atau jota jenjang ke II dengan persil atau kota jenjang ke III dengan jenjang ke III atau kota jenjang ke III dengan persil atau berfungsi menghubungkan antar kota kecamatan. Ruas jalan yang berfungsi sebagai jalan lokal primer di Kabupaten Probolinggo antara lain Ruas jalan Tongas (jenjang II) – Sukapura (jenjang IV) Ruas jalan Sukapura (jenjang IV) – Wonomerto (jenjang IV) Ruas jalan arteri primer Lumbung (jenjang IV) – Kurisan (jenjang IV) Ruas jalan Gending (jenjang III) – Tiris (jenjang IV) Ruas jalan Tongas (arteri primer) – Paiton Pelayanan transportasi terdiri dari layanan angkutan penumpang dan layanan angkutan barang. Secara keseluruhan jaringan layanan transportasi di Kabupaten Probolinggo didominasi oleh moda jalan, dengan sarana prasarana yang telah terjangkau hampir seluruh wilayah kecamatan. Layanan angkutan moda jalan mengikuti jaringan layanan bus AKAP, bus AKDP dan layanan angkutan perdesaan. Jaringan layanan bus AKAP melayani trayek lama Kota Probolinggo – Bogor, Semarang, Solo dan Wonosari, serta trayek baru Kota Probolinggo – Bima. Sedangkan jaringan layanan bus AKDP, melayani trayek Probolinggo – Sukapura, Malang, Trenggalek, Ponorogo, Ambulu dan Ngandisari. Moda angkutan yang tersedia saat ini masih ada yang mempunyai rute
GAMBARAN UMUM
IV - 12
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
tumpang tindih, terutama untuk angkutan kota dan perdesaan. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jalur alternatif. 4.2
GAMBARAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO Kondisi eksisiting TPI yang berada Di Kabupaten Probolinggo tidak seluruhnya
aktif .hanya ada 2 TPI yang masih aktif, untuk TPI lainnya berhenti operasi. Berikut data TPI yang berada Di Kabupaten Probolinggo. Tabel 4. 4 Lokasi dan nama TPI Di Kabupaten Probolinggo No. 1 2 3
Nama TPI PPI Paiton TPI Randu Putih TPI Kalibuntu
Lokasi Desa Sumber Anyar. Kec. Paiton Desa Randu Putih Kec. Dringu Desa Kalibuntu Kec Kraksaan
Kondisi Aktif Aktif Tidak Aktif
4
TPI Bayeman
Desa Bayeman Kec. Tongas
Tidak Aktif
5
TPI Gili Ketapang
Desa Gili Ketapang Kec. Sumber Asih
Tidak Aktif
6
TPI Taman Sari
Desa Taman Sari Kec. Dringu
Tidak Aktif
Keterangan Untuk kapal ukuran besar dan sedang Untuk kapal ukuran kecil Berhenti operasi tahun 2001 akibat pendangkalan, kegiatan operasional dipindah ke Paiton Berhenti operasi tahun 1995 akibat pendangkala, berubah fungsi menjadi gedung TK Berhenti operasi tahun 1998 akibat pecah karena erosi, bangunan tidak difungsikan kembali Berhenti operasi tahun 1992 akibat pendangkalan, bangunan tidak difungsikan kembali
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur
4.2.1
Kondisi Eksisting TPI Paiton TPI Paiton merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak di PPP (Pelabuhan
Perikanan Pantai) Paiton tepatnya di Desa Sumberanyar Kecamatan Paiton. PPI Paiton merupakan pelabuhan perikanan yang relatif besar dan merupakan UPTD yang dikelola propinsi. Menurut laporan profil Tahun 2015, tercatat nelayan yang tercover di PPP Paiton sebanyak 185 orang dengan rincian 160 orang merupakan nelayan tetap dan 25 orang nelayan andon. Armada perikanan yang melakukan aktivitas tambat labuh di PPP Paiton paling banyak didominasi oleh armada berukuran 5 – 10 GT. Dalam pengelolaannya, TPI Paiton tercatat terdapat 200 bakul dan belum melaksanakan proses pelelangan ikan. Pelayanan yang dilakukan masih terbatas pada pelayanan aktivitas bongkar muat hasil penangkapan serta penjualan ikan. Dari jasa pelayanan yang dilakukan tersebut, nelayan dan pembeli dikenakan retribusi Rp. 5.000/kerjanjang ikan. Dari hasil penelusuran lapangan, fasilitas yang ada di TPI Paiton sudah memenuhi fasilitas dasar bagi kelas PPP. Hal ini tergambar dari adanya fasilitas pelindung berupa
GAMBARAN UMUM
IV - 13
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
breakwater, fasilitas tambat labuh berupa dermaga, fasilitas perairan berupa alur pelayaran dan kolam labuh, fasilitas penghubung berupa sistem drainase terbuka dan tertutup, fasilitas bak sampah di setiap sudut, serta fasilitas pembatas lahan berupa pagar keliling. Namun, ada beberapa kondisi masih sangat kurang yakni lantai TPI yang rusak dan mengakibatkan tergenangnya air dan menimbulkan bau kurang sedap dimana hal ini mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan yang buruk, belum beroperasinya SPBN, fasilitas koperasi perikanan pernah ada tapi beroperasi sampai tahun 2006 dikarenakan pengurus koperasi tersebut tidak pernah stanbay di tempat, kondisi jalan di dalam PPP Paiton yang masih dalam tahap pemavingan, sehingga menyebabkan akses keluar masuk PPP sedikit terganggu. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di PPP Paiton, yang ada masih terbatas yakni penghancur es balok dan cold storage.
a.
b. Gambar 4.2 Kondisi Eksisting TPI Paiton Keterangan : a. Kondisi Lantai di TPI Paiton b. Kondisi Jalan di dalam PPP Paiton menuju area TPI Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Paiton termasuk dalam kondisi sedang dikarenakan banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. Menurut Laporan Dinas Bina Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari lapangan tembak menuju
GAMBARAN UMUM
IV - 14
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
ke pantai dengan panjang 1,5 km dan lebar 4 m. Kondisi jalan aspal adalah hotmix sepanjang 1,350 km dalam kondisi baik dan 0,150 km dalam kondisi sedang.
Gambar 4.3 Kondisi Akses Jalan Menuju PPP Paiton Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk ihkan ikan hasil tangkapan dan mencuci es balok .
Gambar 4.4 Kondisi Infrastruktur Air Bersih PPP Paiton 4.2.2
Kondisi Eksisting TPI Kalibuntu TPI Kali Buntu merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak tepatnya di Desa
Kali Buntu Kecamatan Kraksaan. Dalam pengelolaannya, TPI Kali Buntu tidak aktif mulai tahun 1991 di karenakan ketua pengelolah TPI wafat dan belum melakukan pergantian ketua pengelolah TPI tersebut selain itu sarana prasarana di TPI tidak memenuhi.
GAMBARAN UMUM
IV - 15
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Pelayanan yang dilakukan masih terbatas pada pelayanan aktivitas bongkar muat hasil penangkapan serta penjualan ikan. Dari hasil penelusuran lapangan, fasilitas yang ada di TPI Hanya berupa Bangunan tidak terawat dan kumuh. Hal ini tergambar dari tidak adanya fasilitas pelindung berupa breakwater padahal TPI Kali Buntu diampit 2 sungai sehingga ketika air laut naik terjadinya banjir rob, tidak adanya fasilitas perairan berupa alur pelayaran dan kolam labuh sehimgga ketika air sedang surut nelayan melakukan aktifitas bongkar muat ikan di laut yang kurang lebih jaraknya sejauh 1 Km untuk menuju TPI Kali Buntu, kondisi jalan di dalam TPI Kali Buntu yang terlalu sempit hanya 1,5 meter, sehingga menyebabkan akses keluar masuk TPI sedikit terganggu. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di TPI Kali Buntu. Namun, ada beberapa kondisi masih berjalan yakni adanya SPBN yang masih aktif. Selain itu, adanya pasar ikan diluar TPI yang jaraknya 300 meter sebelum memasuki kawasan TPI Kali Buntu.
Gambar 4.5 Kondisi TPI Kalibuntu Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Kali Buntu termasuk dalam kondisi sedang dikarenakan akses jalan utama menuju TPI jauh dan hanya lebar 3 m, banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. ruas jalan diawali jalan sidopekso Kalibuntu menuju ke laut dengan panjang 1,80 km dan lebar 4 m. Kondisi permukaan jalan aspal adalah hotmix sepanjang 1,80 km. Kondisi jalan baik sepanjang 1 km, kondisi sedang sepanjang 0,25 km serta kondisi rusak sepanjang 0,550 km. Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk ihkan ikan hasil tangkapan dan mencuci es balok .
GAMBARAN UMUM
IV - 16
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.6 Kondisi Infrastruktur Jalan Dari dan Ke TPI Kalibuntu 4.2.3
Kondisi Eksisting TPI Tamansari TPI Taman Sari merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak tepatnya di Desa
Taman Sari Kecamatan Dringu. Dalam pengelolaannya, TPI Taman Sari sebenarnya tidak adanya TPI tetapi ada aktifitas bongkar muat di sepanjang sungai tersebut dengan lahan yang tidak terlalau luas untuk aktifitas penimbangan hasil tangkapan nelayan di lakukan disetiap rumah bakul yang membeli hasil tangkapan nelayan. Pelayanan yang dilakukan masih terbatas pada pelayanan aktivitas bongkar muat hasil penangkapan nelayan. TPI Taman Sari tercatat terdapat 4 bakul yang melakukan aktifitas jual beli hasil tangkapan nelayan dan belum melaksanakan proses pelelangan ikan. Pelayanan yang dilakukan masih terbatas pada pelayanan aktivitas bongkar muat hasil penangkapan serta penjualan ikan. Dari jasa pelayanan yang dilakukan tersebut, nelayan dan pembeli dikenakan retribusi Rp. 5.000/ transaksi. . Dari hasil penelusuran lapangan, tidak adanya lahan dan bangunan TPI sehingga aktifitas bongkar muat di lakukan di sepanjang sungai yang memasuki kawasan taman sari, tidak adanya aktifitas pelelangan pada setiap bakul yang memfasilitasi pembelian hasil tangkapan. Namun, ada beberapa kondisi yakni adanya penahan air laut yaitu sungai dan adanya pasar ikan di samping sungai dan di tepi jalan pantura. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di TPI Taman Sari.
Gambar 4.7
Kondisi Tempat Bongkar Muat dan Lapak Penjualan Ikan Di Tamansari
GAMBARAN UMUM
IV - 17
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Taman Sari termasuk dalam kondisi sedang dikarenakan akses jalan utama TPI Taman Sari tepat berada di samping jalan pantura. Menurut Laporan Dinas Bina Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari titik 458/461 dan berakhir titik 27/27 dengan panjang 0,5000 km dan lebar 3 m. Kondisi permukaan jalan tanah dalam kondisi baik. Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran PDAM Kabupaten Probolinggo yang membantu para nelayan untuk ihkan ikan hasil tangkapan dan mencuci es balok. 4.2.4
Kondisi Eksisting TPI Randu Putih TPI Randu Putih merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak tepatnya di
Desa Randu Putih Kecamatan Kraksaan. Dalam pengelolaannya, TPI Randu Putih tidak aktif di karenakan nelayan melakukan aktifitas bongkar muat di TPI Paiton dan Pelabuhan Mayangan. Selain itu adanya pungutan liar dan wacana penggusuran TPI untuk jalur lingkar utara. Pelayanan yang dilakukan masih terbatas pada pelayanan aktivitas bongkar muat hasil penangkapan serta penjualan ikan. Dari hasil penelusuran lapangan, fasilitas yang ada di TPI Randu Putih sudah memenuhi fasilitas dasar TPI. Hal ini tergambar dari adanya fasilitas pelindung berupa pepohonan mangrove, serta fasilitas bak sampah di setiap sudut. Namun, ada beberapa kondisi masih sangat kurang yakni TPI yang tidak aktif, belum beroperasinya SPBN, fasilitas koperasi perikanan tidak ada, kondisi jalan di dalam TPI Randu Putih yang masih dalam tahap tanah liat, sehingga menyebabkan akses keluar masuk TPI sedikit terganggu. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di TPI Randu Putih, yang ada masih terbatas yakni penjemuran ikan asin.
Gambar 4.8
Kondisi TPI Randu Putih Yang Digunakan Oleh Warga Untuk Menjemur Ikan
GAMBARAN UMUM
IV - 18
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Randu Putih termasuk dalam kondisi sedang dikarenakan jalan menuju TPI Randu Putih lebar jalan hanya 1,5 m sampai 1 m dan banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. Menurut Laporan Dinas Bina Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari jalan nasional menuju ke titik 445/446 dengan panjang 1,700 km dan lebar 4 m. Kondisi jalan aspal adalah hotmix sepanjang 1,700 km dalam kondisi baik.
Gambar 4.9 Kondisi Akses Jalan Menuju TPI Randu Putih Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran PDAM Kabupaten Probolinggo yang membantu para nelayan untuk ihkan ikan hasil tangkapan dan mencuci es balok.
Gambar 4.10 Aktifitas Pencucian Ikan dan Proses Pengesan di Randu Putih
4.2.5
Kondisi Eksisting TPI Gili Ketapang TPI Gili Ketapang merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak tepatnya di
Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumber Asih. Dalam pengelolaannya, TPI Gili Ketapang tidak aktif selain itu bangunan yang pernah ada sudah rusak terkena ombak. Sehingga nelayan melakukan aktifitas bongkar muat dan jual beli di Pelabuhan Mayangan.
GAMBARAN UMUM
IV - 19
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Dari hasil penelusuran lapangan, fasilitas yang ada di TPI Gili Ketapang sudah berupa tanah tidak adanya bangunan seperti halnya standart TPI. Hal ini terjadi tidak adanya fasilitas pelindung berupa breakwater, tidak adanya fasilitas tambat labuh berupa dermaga, serta tidak adanya fasilitas pembatas lahan berupa pagar keliling. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di TPI Gili Ketapang. Kondisi infrastruktur air bersih yang tidak ada dikarenakan TPI Gili Ketapang berada di pulau sehingga warga sekitar dan TPI menggunakan air payau.
Gambar 4.11 Kondisi TPI Gili Ketapang Yang Sudah Rata Tanah 4.2.6
Kondisi Eksisting TPI Bayeman TPI Bayeman merupakan tempat pendaratan ikan yang terletak tepatnya di Desa
Bayeman Kecamatan Tongas. Dalam pengelolaannya, TPI Bayeman sudah tidak aktif sejak tahun 1995 dan beralih fungsi menajadi taman kanak-kanak (TK). Aktivitas yang ada hanya berupa aktivitas bongkar muat hasil penangkapan serta penjualan ikan.
Gambar 4.12 Kondisi TPI Bayeman Yang Berubah Menjadi Gedung TK serta Tempat Bongkar Muat Nelayan
GAMBARAN UMUM
IV - 20
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Bayeman termasuk dalam kondisi parah dikarenakan jalan menuju TPI Bayeman melintasi rel kereta api tanpa palang, jalan yang terlalu sempit dan banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk ihkan ikan hasil tangkapan dan mencuci es balok.
Gambar 4.13Kondisi Akses Jalan Menuju TPI Bayeman
GAMBARAN UMUM
IV - 21
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
......................................................................................................................................................................... 1 ............................................................................................................................................... 1 4.1
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI........................................................................................ 1
4.1.1 Kondisi Geografis................................................................................................................................ 1 4.1.2 Batas istrasi Wilayah Kabupaten Probolinggo ......................................................... 1 4.1.3 Topografi................................................................................................................................................ 4 4.1.4 Hidrologi ................................................................................................................................................ 4 4.1.5 Klimatologi ............................................................................................................................................ 5 4.1.6 Kondisi Penggunaan Lahan ............................................................................................................ 6 4.1.7 Lingkungan Hidup .............................................................................................................................. 7 4.1.8 Kondisi Infrastruktur ..................................................................................................................... 11 4.2
GAMBARAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO ............................................................. 13
4.2.1 Kondisi Eksisting TPI Paiton ........................................................................................................ 13 4.2.2 Kondisi Eksisting TPI Kalibuntu ................................................................................................. 15 4.2.3 Kondisi Eksisting TPI Tamansari ............................................................................................... 17 4.2.4 Kondisi Eksisting TPI Randu Putih ........................................................................................... 18 4.2.5 Kondisi Eksisting TPI Gili Ketapang........................................................................................... 19 4.2.6 Kondisi Eksisting TPI Bayeman .................................................................................................. 20 Tabel 4. 1 Kondisi Sungai di Kabupaten Probolinggo ............................................................................. 4 Tabel 4. 2 Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Probolinggo ............................................................... 6 Tabel 4. 3 Peruntukan Kawasan Budidaya Kabupaten Probolinggo ................................................ 6 Tabel 4. 4 Lokasi dan nama TPI Di Kabupaten Probolinggo ............................................................. 13 Gambar 4. 1 Gambar 4. 2 Gambar 4. 3 Gambar 4. 4 Gambar 4. 5 Gambar 4. 6 Gambar 4.7 Gambar 4. 8
Peta istrasi Kabupaten Probolinggo ..................................................................... 3 Kondisi Eksisting TPI Paiton .............................................................................................. 14 Kondisi Akses Jalan Menuju PPP Paiton ........................................................................ 15 Kondisi Infrastruktur Air Bersih PPP Paiton............................................................... 15 Kondisi TPI Kalibuntu .......................................................................................................... 16 Kondisi Infrastruktur Jalan Dari dan Ke TPI Kalibuntu .......................................... 17 Kondisi Tempat Bongkar Muat dan Lapak Penjualan Ikan di Tamansari ....... 17 Kondisi TPI Randu Putih Yang Digunakan Oleh Warga Untuk Menjemur Ikan ......................................................................................................................... 18 Gambar 4. 9 Kondisi Akses Jalan Menuju TPI Randu Putih ............................................................. 19 Gambar 4. 10 Aktifitas Pencucian Ikan dan Proses Pengesan di Randu Putih .......................... 19 Gambar 4. 11 Kondisi TPI Gili Ketapang Yang Sudah Rata Tanah .................................................. 20 Gambar 4. 12 Kondisi TPI Bayeman Yang Berubah Menjadi Gedung TK serta Tempat Bongkar Muat Nelayan......................................................................................................... 21 Gambar 4. 13 Kondisi Akses Jalan Menuju TPI Bayeman ................................................................. 21
GAMBARAN UMUM
IV - 22
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
LAPORAN AKHIR
GAMBARAN UMUM
IV - 23